PROFESI-UNM.COM – Perempuan harus tetap melawan baik secara moral maupun secara hukum, tubuhmu bukanlah persembahan bagi kuasa yang pongah. Kau pasti tak sudi jadi korban dari mereka yang merasa berhak, dari mereka yang menjadikan hierarki sebagai dalih untuk merampas.
Kau pasti menyadari dan melihat bagaimana tubuhmu sering kali hanya menjadi objek, dihormati di mimbar moralitas, tapi dihancurkan dalam sunyi. Kau pasti muak dengan dunia yang menyalahkan pakaianmu, sikapmu, atau bahkan keberadaanmu, sementara para pelaku terus bebas berjalan, dengan mulut yang berbusa oleh petuah kesopanan.
“Mereka pasti mengajarkan kamu untuk tunduk, untuk menghormati, tapi di balik layar, mereka yang seharusnya menjadi panutan malah menjadi algojo. Jika ini dunia yang kalian banggakan. Maka kalian harus memilih membakar semua dogma palsu itu. Kalian pasti tak ingin hanya menjadi korban, kalian harus memiliki perlawanan.”
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pelecehan seksual dan kekerasan terhadap kalian hari ini sering kali terjadi di lingkungan yang seharusnya aman. Dengan dalih kekuasaan, serta bagaimana perempuan sering dipaksa diam oleh norma sosial yang hipokrit. perempuan masih saja dipaksa menjadi mangsa dalam kebungkaman. Mereka diadili bukan karena dosa yang mereka perbuat, tetapi karena keberanian mereka untuk menolak menjadi korban tanpa suara. bukankah dunia ini dipenuhi oleh manusia yang berteriak soal moralitas, tapi diam saat ketidakadilan terjadi di depan mata? Perempuan harus tetap melawan baik secara moral maupun secara Hukum. Karna perempuan yang melawan bukan sekadar perempuan ia adalah api yang membakar ketidakadilan. (*)
*Penulis: Amirullah Arramadhani