PROFESI-UNM.COM – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang di Makassar merupakan pusat pengelolaan sampah terbesar di Sulawesi Selatan yang menimbulkan berbagai persoalan lingkungan dan sosial.
Masyarakat yang tinggal di sekitar area tersebut hidup berdampingan dengan timbunan sampah dan limbah berbahaya, yang berdampak serius terhadap kesehatan fisik maupun sosial mereka. Fenomena ini tidak hanya merupakan masalah lingkungan, tetapi juga persoalan sosial yang dapat dikaji melalui perspektif sosiologi kesehatan — di mana kesehatan dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi, budaya, dan struktur masyarakat.
Warga sekitar TPA Antang rentan terhadap berbagai penyakit seperti ISPA, penyakit kulit, diare, dan demam berdarah akibat pencemaran air dan udara. Kondisi ini mencerminkan ketimpangan sosial dan ekonomi; kelompok miskin terpaksa tinggal di wilayah tercemar karena keterbatasan ekonomi. Akses terhadap fasilitas kesehatan, air bersih, dan sanitasi juga masih sangat terbatas. Dalam konteks teori Parsons tentang sick role, masyarakat tidak mampu menjalankan peran pasien ideal karena harus tetap bekerja meskipun sakit demi kebutuhan ekonomi.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dampak sosial dan psikologis turut dirasakan, termasuk stigma negatif bahwa masyarakat sekitar TPA adalah “kotor” atau “rendah”. Label sosial tersebut memperparah keterasingan dan menurunkan harga diri warga, sebagaimana dijelaskan dalam teori labeling Becker. Anak-anak di lingkungan ini sering kehilangan kesempatan pendidikan karena membantu orang tua memulung, memperkuat siklus kemiskinan dan marginalisasi sosial. Dalam pandangan sosiologi kesehatan kritis, kondisi ini menunjukkan adanya ketimpangan struktural dalam distribusi sumber daya dan kekuasaan.
Fenomena di TPA Antang menggambarkan pentingnya pendekatan sosial dalam memahami kesehatan masyarakat. Menurut teori determinasi sosial kesehatan, kondisi ekonomi dan sosial sangat menentukan derajat kesehatan seseorang. Rendahnya kesadaran akan bahaya lingkungan dan minimnya intervensi pemerintah memperburuk situasi. Dari perspektif fungsionalisme struktural dan ekologi manusia, ketidakseimbangan fungsi sosial dan hubungan manusia-lingkungan menyebabkan sistem kesehatan tidak berjalan optimal.
Untuk mengatasinya, diperlukan solusi terpadu yang mencakup peningkatan layanan kesehatan, penyediaan air bersih, sanitasi, serta partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis komunitas. Pendidikan kesehatan berbasis nilai lokal dan relokasi warga yang manusiawi menjadi langkah jangka panjang. Secara keseluruhan, masalah kesehatan di sekitar TPA Antang mencerminkan ketidakadilan sosial dan memerlukan kebijakan yang menyentuh akar struktural agar terwujud kesehatan masyarakat yang adil dan berkelanjutan. (*)
*Penulis: Agustiawan







