[Opini] Operasi Politik di Kampus? Membaca Ulang Drama Kekuasaan di UNM

Avatar photo

- Redaksi

Kamis, 11 Desember 2025 - 19:41 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Fery ashari, alumni Pascasarjana UNM, (Foto: Ist.)

Fery ashari, alumni Pascasarjana UNM, (Foto: Ist.)

PROFESI-UNM.COM – Dari Michel Foucault hingga James C. Scott memandang setiap institusi besar kerap menjadi arena pertarungan kepentingan. Kekuasaan tidak pernah bekerja secara terang-terangan. ia bergerak melalui wacana, opini, stigma, serta permainan posisi yang sering kali tak kasatmata.

Di kampus, konflik kepentingan dapat muncul dalam berbagai bentuk: penyingkiran simbolik, delegitimasi melalui isu moral, hingga penggiringan opini publik untuk merusak posisi seseorang. Dengan kacamata inilah sebagian pihak membaca kasus yang menyeret nama Rektor Universitas Negeri Makassar, Prof. Karta Jayadi.

Penonaktifan Prof. Karta Jayadi telah memicu kontroversi berkepanjangan. Bagi sejumlah pihak, ini bukan sekadar penyelesaian etik, melainkan tanda bahwa ada benturan kekuasaan yang lebih besar tengah berlangsung di tubuh UNM.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di tengah pusaran opini, berkembang narasi bahwa Prof. Karta bukan hanya menghadapi tuduhan dari luar, tetapi juga menjadi sasaran dari kekuatan internal yang ingin menggulingkannya sebagai Rektor. Para pendukungnya menilai pola serangan terhadap Karta terlalu konsisten dan terlalu sistematis untuk dianggap kebetulan.

Isu Pelecehan: Senjata Paling Efektif dalam Pertarungan Wacana

Foucault menekankan bahwa kekuasaan bergerak melalui wacana. Dalam teori framing, James Jasper mengatakan Isu moral sering dipakai untuk menciptakan shock yang memicu kemarahan publik, dan isu khusus pelecehan seksual sering menjadi senjata paling kuat untuk meruntuhkan kredibilitas seseorang. Tuduhan yang melibatkan dosen berinisial Q menjadi pusat perhatian, namun waktu pelaporan yang muncul setelah Q dijatuhi sanksi etik membuat sebagian pihak mempertanyakan motif di balik kemunculannya.

Baca Juga Berita :  Tim PDS UNM Raih Juara 1 Lomba Debat Rector Cup LEDHDAK UNHAS 2

Opini publik yang pro-Karta membaca ini sebagai potensi strategi politik: sebuah upaya memanfaatkan isu sensitif untuk mendorong turunnya rektor.

Di ruang publik bahkan beredar kabar tentang chat pribadi Q dengan sejumlah laki-laki, termasuk sesama dosen. Keabsahan materi ini tidak jelas, namun wacana tersebut menunjukkan bahwa narasi tentang “korban” dan “pelaku” telah berubah menjadi arena tarik-menarik legitimasi.

Serangan di Media Sosial: Kebetulan atau Operasi Terkoordinasi?

Pola intensitas serangan di media sosial juga menjadi bahan pembacaan banyak pihak. Sejumlah akun tampak terlalu aktif dan searah dalam menekan rektor.

Di kalangan pendukung Karta, muncul dugaan adanya orkestrasi:

“Lempar isu — giring sentimen — bakar opini — jatuhkan rektor.”

Meski tidak ada bukti hukum yang dipublikasikan, pola komunikasi digital sering dijadikan indikator adanya operasi wacana dalam konflik internal institusi.

Kepungan Kepentingan di Tubuh UNM

Bagian paling panas dari drama ini adalah dugaan bahwa konflik sebenarnya terjadi di dalam tubuh UNM sendiri.

Sebagian akademisi, mahasiswa, dan pengamat internal menilai bahwa sejumlah kelompok merasa dirugikan oleh kebijakan atau posisi Prof. Karta. Dari sudut pandang mereka, rangkaian serangan yang diarahkan ke rektor baik melalui isu etik, tekanan opini, maupun pembentukan citra negatif merupakan bagian dari perebutan ruang kekuasaan di internal kampus.

Baca Juga Berita :  [Opini] Pengaderan Bukan Ajang Balas Dendam

Dalam narasi ini, Prof. Karta bukan lagi sekadar individu yang menghadapi laporan, tetapi figur yang menjadi target operasi politik internal yang rapi dan terstruktur.

Walhasil konflik ini kemudian mengerucut menjadi benturan dua kubu besar:

1. Kubu yang meyakini rektor bersalah, mendesak penyelesaian etik dan hukum tanpa kompromi

2. Kubu yang meyakini rektor adalah korban konspirasi, menilai seluruh rangkaian peristiwa sebagai rekayasa untuk melengserkannya.

Demonstrasi mahasiswa yang terbelah semakin mempertegas bahwa konflik UNM bukan lagi persoalan individu, melainkan perseteruan kepentingan struktural.

Siapa yang Akan Tersisa?

Drama politik kampus UNM hari ini adalah drama tentang perebutan makna, perebutan ruang, dan perebutan kekuasaan. Pertanyaan besar yang menggantung di udara tetap sama:

Siapa sesungguhnya yang ingin Prof. Karta jatuh dan untuk kepentingan siapa?

Hingga proses etik dan hukum menuntaskan tugasnya, publik hanya bisa menyaksikan dua gelombang besar saling menghantam, sementara sang rektor berdiri di tengah pusaran badai, menunggu apakah ia akan tenggelam atau justru bertahan. (*)

*Penulis: Fery ashari

Berita Terkait

[OPINI] Menyiasati Pembagian Waktu antara Kuliah dan Organisasi: Bisakah IPK Tetap Aman?
[OPINI] Menjadi Mahasiswa Kupu-Kupu Bukanlah Kesalahan, Berorganisasi Adalah Pilihan untuk Mengembangkan Diri
[OPINI] Lapar di Bangku Kuliah: Urgensi Program Makanan Bergizi bagi Mahasiswa
[OPINI] Kuliah Sambil Bekerja: Belajar Bertahan di Tengah Proses Menjadi Pendidik
[OPINI] Dari Desa ke Dunia: Bagaimana Migrasi Menyingkap Krisis yang Tak Pernah Diselesaikan
[OPINI] Dari Ruang Akademik ke Ruang Kekuasaan, Kekerasan Seksual sebagai Mekanisme Dominasi Sosial di Kampus
[OPINI] Pernikahan Dini, Krisis Masa Depan dalam Bayang Budaya
[OPINI] Kesepian Di Tengah Keramaian: Epindemi Sunyi Lansia Urban Indonesia
Berita ini 197 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 19 Desember 2025 - 19:43 WITA

[OPINI] Menyiasati Pembagian Waktu antara Kuliah dan Organisasi: Bisakah IPK Tetap Aman?

Jumat, 19 Desember 2025 - 19:40 WITA

[OPINI] Menjadi Mahasiswa Kupu-Kupu Bukanlah Kesalahan, Berorganisasi Adalah Pilihan untuk Mengembangkan Diri

Jumat, 19 Desember 2025 - 19:36 WITA

[OPINI] Lapar di Bangku Kuliah: Urgensi Program Makanan Bergizi bagi Mahasiswa

Jumat, 19 Desember 2025 - 01:49 WITA

[OPINI] Kuliah Sambil Bekerja: Belajar Bertahan di Tengah Proses Menjadi Pendidik

Kamis, 11 Desember 2025 - 19:41 WITA

[Opini] Operasi Politik di Kampus? Membaca Ulang Drama Kekuasaan di UNM

Berita Terbaru

potret suasana rapat kerja pengurus UKM Maphan. (Foto: Ist.)

Agendasiana

Rapat Kerja UKM Maphan Susun Program Adaptif dan Kolaboratif

Rabu, 24 Des 2025 - 22:13 WITA