PROFESI-UNM.COM – Apa kabar mahasiswa yang sering menyuarakan ketidakadilan dan kekerasan di ruang-ruang akademisi?
Apakah jalanan kini menjadi ruang ekspresi kalian, atau sekadar wadah untuk menumpahkan isi pikiran dan kekecewaan terhadap dunia akademik yang tak sejalan dengan apa yang selama ini kalian pelajari?
Lucu juga, teman-teman.
Kalian begitu lantang menentang ketidakadilan dan kekerasan, namun di sisi lain justru menjadi pelaku dari hal yang sama.
Apa yang sebenarnya kalian pikirkan?
Apakah kalian lupa bahwa kebebasan adalah hak setiap manusia?
Selama ini, apakah suara kalian tentang keadilan dan kekerasan muncul dari niat yang tulus — atau hanya karena intervensi dari luar?
Atau mungkin sekadar demi eksistensi, demi citra di media sosial?
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Perlu dipertanyakan — mengapa kalian yang di luar kampus bersorak menentang ketidakadilan dan kekerasan, justru di dalam kampus menjadi pelakunya sendiri?
Menggunakan “power” sebagai senior untuk menjadikan junior sebagai alat demi kepentingan pribadi.
Ada apa dengan kalian?
Kalian menjadikan junior sebagai objek yang tak bisa menolak ketika diintervensi,
karena jika mereka menolak, langsung dicap pembangkang dan tak beretika.
Padahal, siapa pun bisa melakukan hal-hal sederhana seperti membeli rokok atau air minum.
Namun dengan kekuasaan yang kalian miliki, kalian menganggap senior tak pantas melakukan hal-hal kecil itu — seolah status senior akan “turun derajat” jika melakukannya.
Apakah dengan membantu atau menghargai junior membuat kalian terlihat tidak keren, tidak “gentle”?
Atau kalian takut status “senior” kalian akan kehilangan wibawa?
Saya sering mendengar cerita dari teman-teman junior tentang kelakuan senior yang sewenang-wenang,
menggunakan kekuasaannya untuk dituruti, membuat mereka takut berpendapat, takut menolak,
karena khawatir dianggap tidak hormat.
Ironis.
Justru dengan perilaku seperti itu, semua pengetahuan dan idealisme yang kalian pelajari selama ini menjadi tidak berarti.
Suara kalian tentang keadilan dan kekerasan hanyalah gema kosong.
Lantang di jalanan, tapi palsu di kenyataan.
Apalah arti pendidikan,
jika digunakan untuk membodohi sesama manusia.
JIKA ANDA BUKAN BAGIAN DARI PENYELESAIAN,ANDA MERUPAKAN BAGIAN DARI PERSOALAN.(Toto Rahardjo,pendiri SALAM)
Penulis: kaliberr







