PROFESI-UNM.COM – Telah terjadi kericuhan pada aksi demonstrasi pada, Jumat (29/8). Ratusan demonstran berjalan dari depan Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar (UNM) menuju pos polisi di ujung Jalan A.P. Pettarani.
“Bakar pos polisi!” teriak sejumlah demonstran dengan suara lantang. Kepalan tangan mereka terangkat tinggi mengiringi sorakan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Revolusi kepolisian!” kembali menggema dari barisan depan aksi. Teriakan itu disambut riuh oleh para peserta demonstrasi.
Aksi ini mendesak adanya reformasi menyeluruh dalam tubuh Polri. Tuntutan utamanya adalah transparansi, penghentian kekerasan, dan keberpihakan pada rakyat.
Spanduk-spanduk bertuliskan kritik keras turut dikibarkan. Salah satunya berbunyi, “Polisi pembunuh”
Sejumlah orator juga menyuarakan bahwa reformasi kepolisian adalah kebutuhan mendesak. Mereka menegaskan pentingnya akuntabilitas atas setiap kasus kekerasan aparat.
Suasana Jalan Pettarani semakin memanas dengan kepulan asap ban terbakar. Tabuhan perkusi dan suara peluit membuat situasi kian tegang.
Meski begitu, massa aksi menegaskan bahwa perlawanan mereka lahir dari keresahan bersama.
“Ini bukan sekadar kemarahan, ini suara rakyat terhadap ketidakadilan,” seru seorang demonstran.
Mereka juga menyerukan agar Polri kembali pada fungsi dasarnya sebagai pengayom masyarakat.
“Hentikan sikap arogan, jadilah pelindung rakyat,” ucap salah seorang orator.
Teriakan itu bergema hingga ke simpang jalan, membuat pengguna jalan berhenti sejenak menyaksikan. Beberapa warga tampak merekam aksi tersebut dengan ponsel mereka.
Aksi ini menjadi gambaran bahwa reformasi Polri masih menjadi agenda terbuka. Demonstran berjanji akan terus melanjutkan tekanan hingga ada perubahan nyata.(*)
*Reporter: Muhammad Fauzan Akbar







