PROFESI-UNM.COM – Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Makassar (UNM) menggelar aksi demonstrasi sebagai tindak lanjut isu 17+8, 12 tuntutan 1 September, serta rekomendasi LNHAM di depan Gedung Menara Pinisi, kemudian berlanjut di Flyover Makassar, Kamis (11/9).
Aksi ini dihadiri oleh Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (Maperwa) serta BEM dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), dan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH).
Berdasarkan pantauan kru LPM Profesi di lapangan, demonstrasi berlangsung dengan beragam rangkaian kegiatan, mulai dari orasi, pembacaan puisi, hingga ditutup dengan musikalisasi puisi yang semakin membangkitkan semangat massa.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Negara saat ini menunjukkan bahwa demokrasi benar-benar mati. Dengan adanya represivitas aparat, supremasi sipil kehilangan kedaulatannya,” ungkap salah satu orator.
Selain orasi, tuntutan juga disampaikan dalam bentuk puisi, salah satunya dibawakan oleh tiga perwakilan mahasiswi FBS. Hal tersebut mendapat respons positif dari salah seorang demonstran yang menilai penyampaian aspirasi tidak harus dilakukan secara anarkis.
“Menurut pandangan saya, banyak yang berpikir harus membuat aksi viral atau anarkis agar didengarkan. Padahal, berpuisi saat aksi sama maknanya dengan membakar ban—sebagai simbol keresahan mahasiswa terhadap kondisi yang sedang terjadi,” ujarnya.
Di penghujung aksi, para demonstran menyalakan lilin sebagai bentuk belasungkawa bagi korban jiwa yang gugur dalam insiden 25 Agustus 2025.
“Ini adalah ungkapan belasungkawa secara simbolik kepada korban jiwa yang berjatuhan. Banyak rekan seperjuangan kita yang mati di tangan negara,” jelas Intan, salah satu orator aksi.
Reporter: Florencya Alnisa Christin







