PROFESI-UNM.COM – Sejarah kerap dianggap sebagai guru terbaik bagi suatu bangsa. Namun, ketika diabaikan, sejarah justru bisa menjadi ancaman yang menggiring bangsa menuju kemunduran. Salah satu peristiwa kelam yang masih membekas hingga kini adalah tragedi Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S PKI) pada tahun 1965.
Tragedi G30S PKI menjadi titik penting dalam perjalanan Indonesia. Peristiwa ini tidak hanya meninggalkan luka mendalam, tetapi juga mengubah arah politik nasional, menutup era Orde Lama dan mengantarkan lahirnya Orde Baru.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Upaya kudeta ini digerakkan oleh D.N. Aidit bersama pimpinan PKI serta melibatkan Letkol Untung Syamsuri dari unsur militer. Gerakan tersebut berakhir dengan penculikan dan pembunuhan sejumlah perwira tinggi TNI AD, termasuk Jenderal Ahmad Yani. Target utama kudeta adalah menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno untuk menjadikan Indonesia sebagai negara komunis.
Meski gagal, peristiwa ini menorehkan dampak besar bagi bangsa Indonesia. Tragedi tersebut mengingatkan masyarakat bahwa sejarah harus menjadi landasan untuk memperkuat negara.
Ada beberapa pelajaran penting yang dapat terpetik dari tragedi G30S PKI. Pertama, persatuan menjadi fondasi utama dalam menjaga keberlangsungan bangsa. Perpecahan ideologi yang termanfaatkan PKI kala itu menunjukkan betapa rapuhnya bangsa tanpa persatuan.
Kedua, peristiwa ini menekankan pentingnya perlindungan hak asasi manusia (HAM). Penculikan dan pembunuhan yang terjadi menjadi bukti nyata lemahnya jaminan HAM pada masa itu. Padahal, setiap warga negara berhak hidup aman dan dapat perlakukan adil.
Ketiga, G30S PKI mengajarkan bahwa Pancasila harus terjaga sebagai dasar negara dan sumber hukum tertinggi. Hal ini sesuai dengan ketentuan UU Nomor 12 Tahun 2011 yang menegaskan kedudukan Pancasila. Upaya untuk menggantinya hanya akan menimbulkan perpecahan.
Keempat, sistem komunisme tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. Paham ini menolak kepemilikan individu dan menyerahkan seluruh alat produksi kepada negara. Konsep tersebut bertolak belakang dengan nilai demokrasi dan prinsip Pancasila yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan.
Kelima, Demokrasi sehat membuka ruang bagi rakyat menyampaikan aspirasi serta mencegah penyalahgunaan kekuasaan. Lemahnya demokrasi justru melahirkan konflik dan merugikan masyarakat.
Tragedi G30S PKI tidak hanya menjadi catatan sejarah, tetapi juga peringatan agar bangsa Indonesia tetap waspada dalam menjaga Pancasila.
Sejarah tidak boleh dipandang sekadar arsip masa lalu. Dari tragedi G30S PKI, bangsa Indonesia belajar bahwa tanpa persatuan, perlindungan HAM, dan demokrasi yang kokoh, negara akan mudah goyah. (*)
Reporter: Muhammad Nasruddin