PROFESI-UNM.COM – Pers mahasiswa merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan kampus yang berperan sebagai wadah aspirasi, kritik, dan edukasi bagi sivitas akademika. Namun, muncul pertanyaan yang cukup sering didiskusikan di berbagai lingkaran organisasi kampus: apakah mungkin menjadi bagian dari pers mahasiswa tanpa latar belakang jurnalistik?
Secara umum, anggota pers mahasiswa di berbagai perguruan tinggi berasal dari beragam program studi, tidak terbatas pada jurusan komunikasi, jurnalistik, atau ilmu sosial saja. Banyak dari mereka berasal dari bidang seperti teknik, sains, ekonomi, bahkan pendidikan, yang tidak memiliki pembelajaran jurnalistik formal dalam kurikulum mereka.
Meskipun demikian, keterbatasan latar belakang jurnalistik bukan menjadi hambatan utama. Sebaliknya, banyak Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) justru menyediakan pelatihan internal, sekolah jurnalistik dasar, hingga pendampingan redaksi sebagai bentuk penguatan kapasitas anggota baru. Pelatihan ini meliputi teknik menulis berita, wawancara, verifikasi informasi, hingga penyuntingan dan desain layout media.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain itu, perkembangan teknologi digital juga memberi kemudahan bagi siapa saja untuk belajar jurnalistik secara mandiri. Platform daring, kursus gratis, dan komunitas media kampus di seluruh Indonesia menyediakan sumber daya terbuka yang mempercepat proses belajar anggota LPM tanpa pengalaman sebelumnya.
Kreativitas, kepekaan sosial, dan semangat kritis menjadi modal utama yang sering kali lebih penting daripada latar belakang pendidikan formal. Banyak jurnalis profesional pun memulai kariernya dari dunia pers mahasiswa, terlepas dari jurusan asalnya.
Namun, tantangan tetap ada. Kurangnya pemahaman awal tentang kode etik jurnalistik, risiko ketidaktelitian dalam peliputan, serta kesulitan menyusun narasi yang utuh dan berimbang, menjadi hal yang perlu diatasi secara kolektif. Karena itu, penting bagi setiap LPM untuk membangun budaya belajar yang kuat dan konsisten.
Dengan pendekatan yang tepat, pelatihan yang inklusif, serta ruang belajar yang terbuka, menjadi bagian dari pers mahasiswa tanpa latar belakang jurnalistik. Bukan hanya mungkin tetapi bisa menjadi pengalaman yang membentuk pribadi kritis dan komunikatif. (*)
*Reporter: Hafid Budiawan