PROFESI-UNM.COM – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Makassar (UNM) menuntut Senat Universitas segera menyatakan sikap atas dugaan kasus pelecehan seksual yang menyeret nama Rektor UNM. Aksi tersebut berlangsung di depan Menara Pinisi UNM pada Jumat (10/10).
Presiden BEM UNM, Syamry, mengatakan bahwa kasus ini telah mencederai marwah pendidikan Indonesia. Ia menilai kampus seharusnya menjadi ruang aman bagi seluruh sivitas akademika.
“Kasus ini mencederai marwah pendidikan Indonesia. Kampus seharusnya menjadi ruang aman bagi seluruh sivitas akademika,” tegasnya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia menjelaskan bahwa laporan dugaan pelecehan seksual telah disampaikan ke Inspektorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Polda Sulawesi Selatan sejak Agustus lalu. Namun, hingga kini belum ada hasil penyelidikan yang diumumkan kepada publik.
“Laporan dugaan pelecehan seksual ini telah disampaikan ke Inspektorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Polda Sulawesi Selatan sejak Agustus lalu, tetapi sampai sekarang belum ada kejelasan hasil penyelidikannya,” ujarnya.
Syamry menyebut aksi yang digelar merupakan bentuk tekanan moral kepada pihak kampus agar segera bertindak tegas. Ia juga menuntut transparansi dalam proses penanganan kasus tersebut.
“Kami sudah menempuh jalur hukum dan administratif, tapi tak kunjung ada kejelasan. Maka hari ini kami turun untuk menuntut transparansi dan keadilan,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa gerakan BEM UNM murni dilandasi keresahan kolektif di lingkungan kampus. Menurutnya, aksi tersebut tidak dipolitisasi oleh pihak mana pun.
“Kami tidak ingin aksi ini dipolitisasi. Ini murni bentuk kepedulian terhadap wajah pendidikan yang sedang tercoreng oleh dugaan kasus pelecehan seksual,” tegasnya.
Syamry berharap Senat Universitas segera menyatakan sikap resmi atas kasus tersebut. Ia juga meminta agar kampus memberikan perlindungan bagi seluruh sivitas akademika, terutama korban.
“Harapannya, Senat segera menyatakan sikap resmi agar kampus kembali menjadi ruang aman dan berwibawa,” tutupnya.
*Reporter: Muhammad Fauzan Akbar