PROFESI-UNM.COM – Idul Adha 1446 H yang jatuh pada 6 Juni 2025 menjadi momentum penting, bukan hanya sebagai ritual keagamaan, tetapi juga ruang refleksi atas nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan, dan pengorbanan. Di tengah perubahan zaman yang serba cepat, generasi muda mulai menanamkan ulang makna qurban dengan cara mereka sendiri.
Bagi sebagian anak muda, Idul Adha tak lagi sekadar momen ibadah, melainkan juga bentuk nyata kepedulian sosial dan penguatan karakter. Qurban kini tidak hanya dimaknai sebagai penyembelihan hewan, tetapi juga sebagai simbol kontribusi terhadap sesama.
Menanamkan Empati Sejak Dini
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kegiatan berbagi daging qurban memberi pengalaman langsung kepada anak muda dalam memahami makna empati dan kepedulian. Di berbagai komunitas mahasiswa dan organisasi kepemudaan, penggalangan dana qurban kolektif menjadi sarana efektif melatih solidaritas sosial dan tanggung jawab bersama.
Selain itu, keterlibatan mereka dalam proses distribusi daging membuka ruang dialog yang lebih luas tentang isu kesenjangan, kemiskinan, dan ketimpangan akses pangan.
Teknologi untuk Kebaikan
Seiring perkembangan teknologi, generasi digital memanfaatkan berbagai platform donasi dan aplikasi qurban online sebagai alternatif ibadah. Tanpa harus hadir secara fisik, mereka tetap bisa berkontribusi secara transparan dan efisien.
Fenomena ini membuktikan bahwa teknologi bukan hanya alat komunikasi dan hiburan, tetapi juga dapat menjadi medium penguatan nilai spiritual dan sosial.
Momentum Kolaborasi Sosial
Tradisi gotong royong yang melekat dalam pelaksanaan qurban juga tetap dijaga. Masyarakat dari berbagai usia dan latar belakang bergotong royong dalam proses penyembelihan hingga distribusi. Kebersamaan ini memperkuat kembali kohesi sosial yang mulai memudar akibat pola hidup individualistis.
Qurban menjadi momen lintas generasi yang menyatukan semua dalam semangat kebersamaan dan kepedulian.
Idul Adha bukan hanya tentang menyembelih hewan qurban, tetapi juga tentang menyembelih egoisme, keserakahan, dan ketidakpedulian. Nilai-nilai seperti empati, kolaborasi, dan pengorbanan menjadi bekal penting bagi generasi muda.
Di tengah derasnya arus digitalisasi dan tantangan global, semangat qurban menjadi penanda bahwa nilai-nilai luhur tak pernah benar-benar usang—hanya perlu disemai kembali dengan cara yang sesuai zaman. (*)
*Reporter: Silmi Hafizat