PROFESI-UNM.COM – Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi mengungkap soal ancaman radikalisme pada kaum intelektual. Hal itu ia bahas pada Kuliah Umum Universitas Negeri Makassar (UNM) di Ballroom Lantai 3 Menara Pinisi UNM, Jum’at (10/2).
Radikalisme pada dasarnya sampai saat ini belum ada definisi yang pasti. Namun, radikalisme dapat diartikan sebagai aliran-aliran yang bersifat eklusif.
Islah Bahrawi menjelaskan bahwa Syaikh Usamah Sayyid Al-Azhari mengatakan dalam kitabnya berjudul “Al-Haqqul Mubin”, radikalisme ialah ketika bergerak dan berusaha menanamkan nilai-nilai revolusi dan berusaha untuk melawan negaranya sendiri.
Lanjut, ia juga mengungkapkan radikalisme dapat memecah belah antara masalah sosial dengan permasalahan agama bahkan bisa terdapat pada kaum intelektual zaman sekarang. Maka dari itu, sepatutnya kita harus sadar bahwa agama adalah bejana untuk saling menghargai perbedaan dan tidak saling membenci.
“Kita harus sadar bahwa agama diciptakan oleh Allah kepada kita bukan untuk saling membenci,” katanya.
Islah mengatakan bahwa terorisme itu merupakan tahap akhir. Hal itu diawali dengan intoleran dari sikap-sikap kemudian menjadi radikalisme yang eklusif. Setelah itu akan mewujudkan sikap kebencian kemudian ingin mencelakakan orang lain baik secara psikologis maupun fisik.
“Terorisme menjadi tahap akhir, diawali sikap inteloran dan menjadi radikalisme kemudian memunculkan kebencian untuk mencelakakan orang lain,” katanya.(*)
*Reporter: Jumriani