PROFESI-UNM.COM – Lembaga Pers Mahasiswa Profesi Universitas Negeri Makassar (LPM Profesi UNM) mengakhiri Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar (DJMTD) di kota Malino.
Kota Malino dikenal sebagai kota bunga. Dalam ilmu Biologi, fungsi utama bunga secara biologis adalah sebagai organ seksual atau alat reproduksi generatif tumbuhan, Alat untuk menghasilkan benih.
Anak mahasiswa ini ibata benih baru aktivis pers mahasiswa di UNM. Jumlahnya tak main-main tembus 100 orang. Sebuah organisasi pada 5 Mei 2026 mendatang genap berusia 50 tahun.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Para dewan senior hadir langsung pada pengukuhan ini. Mereka diantaranya Hasim Arfah (Mantan Pemimpin redaksi Profesi), Rizki Armi Pratama (Mantan SM Profesi), Elfira (Mantan Bendahara Umum), Nurul Istiqomah (mantan Kepala Litbang Profesi), Ayu Shabir (Mantan Sekretaris Umum).
Ada juga Mentari Jati Pratiwi (Mantan Bendahara Umum), Rosni Amrin (mantan Pemred Profesi), Ita Andriani (mantan Kepala Litbang Profesi), Mia (mantan Sekum Profesi), Febriawan Djalil (mantan pemimpin umum), Wahyudin Thamin (mantan pemimpin umum), Ilham Raihan (mantan pemimpin umum), Husain (mantan pemimpin umum).
Andi Nurul Izzah (mantan kepala litbang), Andi Niar (mantan sekretaris umum), Mujahidah (mantan Bendum), Arrum (mantan pemred).

Pemimpin Umum LPM Profesi Firmansyah menyampaikan sebuah harapan.
“Semoga teman-teman anggota baru ini menjadi tonggak Profesi abadi di UNM jelang ulang tahun ke-50 tahun depan,” katanya ringkas.
Nostalgia Malino
Kota Malino dan LPM Profesi UNM punya hubungan batin. Sejak Profesi berdiri, Malino adalah kota yang banyak menjadi saksi bisu kelahiran para pemimpin.
Ingatan penulis menyusuri pada tahun 2010 lalu, saat itu, Muhammad Ilham Arsyam terpilih sebagai pemimpin umum. Ia meraih suara signifikan setelah mengalahkan dua pesaingnya Supriadi (mantan sekretaris umum) dan Dwiwanti Riza (mantan kepala litbang).
Dari periode ini lahirlah beberapa produk yang ada hingga hari ini. Ada Profesi TV di Youtube (3,9 K pelanggan). Akun medsos Instagram (23.700 pengikut), akun fanpage LPM Profesi (21.000 pengikut). Artinya, konsolidasi di Malino, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan mampu membawa Profesi transformasi dengan mulus dari cetak dan radio ke digital.
Profesi sudah mampu bersaing di tengah ‘lautan’ algoritma. Sekarang, Profesi harus mampu bersaing di dunia yang disebut professor University of Southern California Warren Gamaliel Bennis (1925-2014), VUCA.
VUCA adalah akronim dari Volatility (Volatilitas), Uncertainty (Ketidakpastian), Complexity (Kompleksitas), dan Ambiguity (Ambiguitas) yang menggambarkan lingkungan bisnis dan dunia modern yang terus berubah, tidak dapat diprediksi, penuh masalah yang saling terkait, dan tidak jelas.
Istilah ini berasal dari dunia militer pada tahun 1990-an dan kini digunakan untuk memahami dan menavigasi tantangan di era disrupsi teknologi dan globalisasi. Kondisi dunia dimana organisasi harus terus bergerak, berinovasi untuk tetap bertahan.
Bertahan di era Digital
Dalam sebuah teori klasik, manusia atau makhluk hidup bisa bertahan dalam sebuah kondisi jika mampu beradaptasi.
Sejak manusia hadir 200.000 hingga 300.000 tahun yang lalu, manusia selalu berevolusi. Cara mengkonsumsi informasi pun berbeda. Pada awal pra sejarah, manusia purba mengandalkan bahasa tubuh, gerakan tangan, ekspresi wajah, dan isyarat fisik untuk menyampaikan kebutuhan dasar (bahaya, makanan, persetujuan). Kemudian, sekitar 5.000 SM – Abad ke-15 M, manusia memakai alat tulis.
Selanjutnya, manusia sudah bisa menyampaikan informasi melalui mekanis setelah ditemukan alat cetak. Memasuki abad ke-21, manusia mulai berkomunikasi melalui digital dan interaktif. Anda hidup di era ini. Artinya, komunikasi semakin canggih. Ada di genggaman.
Salah satu kunci komunikasi modern yang mirip dengan masa lalu adalah interaktif. Ada komunikasi dua arah. Ini yang tak pernah lekang oleh waktu meski wadah komunikasi bergonta-ganti setiap abad.
Memasuki ulang tahun ke-50, profesi meski memperbanyak produk yang memungkinkan komunikasi interaktif. Perbanyak program yang melibatkan lebih banyak civitas akademika dari dosen, pegawai, mahasiswa, hingga alumni. Program lintas kampus, lintas golongan, lintas pekerjaan, pun harus sudah banyak karena era saat ini menuntut ada banyak perspektif, banyak orang, banyak interaksi.
Lalu program apa yang cocok, mari kita bahas di atas meja kopi. (*)
*Penulis: Hasim Arfah







