PROFESI-UNM.COM – Buta politik bukan hanya tentang ketidaktahuan terhadap proses pemilu atau partai politik, tetapi juga ketidakpedulian terhadap isu-isu kebangsaan yang memengaruhi kehidupan sehari-hari. Di era digital ini, keterlibatan politik bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan bagi setiap warga negara. Untuk itu, langkah pertama yang penting adalah membuka diri terhadap informasi.
Mengakses berita dari berbagai sumber yang kredibel dan seimbang dapat membantu seseorang memahami dinamika politik tanpa terjebak dalam disinformasi atau fanatisme.
Selain itu, membiasakan diri berdiskusi secara sehat mengenai isu politik dengan teman, keluarga, atau komunitas dapat memperluas sudut pandang. Keterlibatan dalam dialog yang terbuka dan argumentatif memperkuat kesadaran akan pentingnya peran individu dalam sistem demokrasi.
Pendidikan politik, baik melalui lembaga formal maupun inisiatif masyarakat seperti seminar atau forum diskusi, juga menjadi sarana penting untuk memperdalam pemahaman tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara.
Sikap kritis juga sangat diperlukan. Dalam menyikapi setiap kebijakan atau janji politik, penting untuk menganalisis secara objektif dampak dan relevansinya terhadap kehidupan masyarakat.
Ini termasuk kemampuan membedakan antara opini dan fakta, serta tidak mudah terpengaruh oleh narasi yang bersifat provokatif atau partisan. Kritis bukan berarti anti-pemerintah atau anti-oposisi, tetapi bersikap aktif dalam mengevaluasi setiap keputusan yang diambil oleh pihak-pihak yang berkuasa.
Akhirnya, partisipasi aktif dalam proses politik, seperti menggunakan hak pilih dalam pemilu, mengikuti musyawarah warga, atau menyuarakan pendapat melalui media sosial secara bertanggung jawab, merupakan bentuk nyata dari kepedulian politik. Dengan begitu, masyarakat tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku dalam perjalanan bangsa.
Terhindar dari buta politik bukanlah hasil dari satu tindakan besar. Melainkan dari kesadaran yang terus-menerus untuk peduli, memahami, dan berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (*)
*Reporter: Ibnu Qayyum Abdullah