PROFESI-UNM.COM – Gerakan Siswa Relawan Dukung Teman Disabilitas Wujudkan Sekolah Ramah Semua Anak.
Di tengah semangat membangun pendidikan yang adil dan setara bagi semua anak, sebuah gerakan inspiratif kini menggeliat di sekolah-sekolah inklusi Kota Makassar. Melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM), yang dilakukan oleh Tim Pengabdi yang diketuai oleh Zulfitrah, S.Pd., M.Pd., Awayundu Said, M.Pd., Nurul Mutahara, S.Pd., Nur wulandani, S.Pd., M.Pd., dan Nurazizah Nurahmi, S.Pd., M.Pd. membuat kelompok siswa terpilih sebagai Duta Inklusi Sekolah — relawan muda yang siap menjadi pendamping, sahabat, sekaligus penggerak inklusi di lingkungan sekolahnya.
Program ini bukan sekadar pelatihan, melainkan sebuah gerakan perubahan sosial yang berangkat dari hati. Para Duta Inklusi adalah siswa-siswa penuh empati yang secara sukarela bersedia mendampingi teman-teman mereka yang memiliki disabilitas, baik di dalam kelas maupun dalam interaksi sosial sehari-hari. Mereka tidak hanya belajar memahami perbedaan, tapi juga merayakannya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Menjadi Duta Inklusi bukan soal memberi bantuan, tapi soal berjalan bersama. Kami belajar bagaimana memahami tanpa mengasihani, membantu tanpa menggurui, dan berteman tanpa batas,” ujar salah satu Duta Inklusi dari SMP Negeri di Makassar, dengan mata berbinar.
PKM ini berlangsung dengan skema Layer pertama, yakni dari narasumber ke Guru sebagai fasilitator dan akan ke siswa sebagai layer ke dua. Para siswa ini dibekali berbagai keterampilan, mulai dari komunikasi efektif ramah disabilitas, pemahaman tentang ragam hambatan belajar, hingga cara menciptakan lingkungan sosial yang aman dan memaknai, menghargai keberagaman. Tak berhenti di situ, pelatihan akan dilanjutkan dengan menggelar kegiatan coaching intens kepada Duta terpilih dengan materi meneyenangkan dan edukatif tentang nilai-nilai inklusi kepada seluruh warga sekolah.
Sekolah yang ikut dalam program ini yakni UPT SPF SD Monginsidi 1 Kota Makassar. Kepala sekolah mengaku tercerahkan. “Kami melihat semangat kebersamaan yang luar biasa. Apalagi sekolah kami menerima ABK yang cukup beragam, dan GPK yang handal dari backgound Pendidikan Khusus” ungkap Lilis Agustina, M.Pd salah satu Guru Pendidikan Khusus.
Program Duta Inklusi ini membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil anak-anak sekolah. Dari lorong-lorong kelas, mereka menyuarakan keadilan. Dari tangan-tangan kecil mereka, tumbuh harapan besar untuk dunia pendidikan yang lebih manusiawi.
Makassar kini tidak sekadar menjadi kota pendidikan, tapi juga kota yang memelopori gerakan inklusif berbasis generasi muda. Sebuah kabar baik yang layak kita dukung, sebarkan, dan jadikan inspirasi untuk sekolah-sekolah lainnya di Indonesia.(*)







