PROFESI-UNM.COM – Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Makassar (UNM), Syamry menjelaskan tiga tuntutan utama yang dibawa dalam aksi internal UNM dan dianggap krusial bagi mahasiswa, Kamis (31/7).
Dalam wawancaranya, Syamry menjelaskan aksi tersebut merupakan puncak konsentrasi yang telah dibangun beberapa hari sebelumnya. Adapun tuntutan yang pertama, mengenai jas almamater Mahasiswa Baru (Maba).
“Tuntutan pertama adalah soal pengadaan jas almamater. Teman-teman maba banyak yang sudah membeli jas almamater, tetapi kenyataannya hanya mendapatkan kwitansi, jasnya tidak diberikan,” ungkap Syamry.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain itu, tuntutan kedua berkaitan dengan mata kuliah keagamaan. Sampai saat ini, banyak mata kuliah keagamaan yang belum mendapatkan tenaga pendidik yang memadai dan ruang kelas yang layak. Bahkan mereka harus belajar di tempat ibadah mereka sendiri karena kampus belum memberikan akses yang sama.
Tuntutan ketiga yang disuarakan oleh BEM UNM adalah transparansi dan tindakan tegas terhadap praktik jual beli nilai yang ramai terjadi akhir-akhir ini.
“Pimpinan universitas sampai hari ini belum mampu mengungkap siapa pelaku dan oknum bertanggung jawab dalam praktik jual beli nilai. Mereka malah menindaklanjuti mahasiswa, padahal mafia yang sesungguhnya bukan pada mahasiswa,” ucapnya.
Lebih jauh, Syamry menolak skema diskusi publik terkait penulisan ulang sejarah yang dianggap hanya formalitas tanpa substansi.
“Kami tidak menolak diskusi, tapi kami menuntut agar diskusi itu tidak hanya formal saja dan harus melibatkan banyak akademisi, budayawan, dan mahasiswa secara komprehensif. Sejarah harus ditulis secara jujur, kelam maupun terang, supaya tidak ada pengaburan oleh rezim penguasa hari ini,” tambahnya. (*)
*Reporter: Ficka Aulia Khaerunnisa