PROFESI-UNM.COM – Penghujung tahun selalu menjadi ajang refleksi bagi tiap individu. Menilik ke belakang sudah seberapa jauh langkah yang dilalui. Perlu sebuah apresiasi untuk segala langkah selama hampir satu kali waktu revolusi bumi. Bukan merasa puas dengan segala pencapaian akan tetapi belajar menyesuaikan diri kembali dengan segala kesempatan-kesempatan yang hadir di masa mendatang.
Merefleksikan parameter dari segala tujuan yang direncanakan dengan sebuah dikotomi kendali. Dalam stoisisme sendiri dikontomi kendali ialah sebuah pemahaman bagaimana manusia dalam kehidupan harus bisa membedakan antara hal yang bisa dikendalikan dan yang tidak bisa dikendalikan.
Dari sisi teori psikologi Adler yang bertujuan mengubah diri sendiri, bukan mengubah orang lain, dibanding menunggu orang lain untuk berubah atau menunggu situasi berubah, kitalah yang harus mengambil langkah perubahan untuk maju. Dalam pandangan Adler sendiri, hanya ketika seseorang mampu merasakan bahwa dirinya berhargalah dia bisa memiliki keberanian.
Adler sampai memperingatkan bahwa mereka yang mengorbankan hidup bagi orang lain adalah orang-orang yang terlalu jauh menyelaraskan diri dengan masyarakat dan manusia sungguh-sungguh menyadari nilai dirinya hanya ketika meraskan bahwa eksistensi dan perilakunya bermanfaat bagi komunitasnya. Adler juga berkata bahwa kehidupan harus ditetapkan oleh individu itu sendiri. Jadi, hidup pada umumnya tidak memiliki makna apapun akan tetapi manusia bisa menetapkan makna pada kehidupan tersebut dan hanya manusialah yang bisa menetapkan makna bagi hidupnya sendiri.
Lantas dari sini apa hubungan dari The Happiness of Feeling Enough dengan teori psikologi Adler? Sebagai manusia perlu hadir sebuah perasaan merasa cukup untuk diri sendiri sehingga ketika melihat orang-orang disekitarnya, tidak lagi muncul sebuah perasaan iri atau merasa kurang. Sehingga bisa lebih proporsional dalam melihat berbagai hal terutama menciptakan rasa bahagia untuk diri sendiri yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal diluar individu manusia itu sendiri.
Ketika perasaan cukup hadir tentu akan membuat diri seorang individu memiliki fokus yang besar kepada dirinya beserta tujuan yang telah ditetapkan. Maka dari itu perlu sebuah konsep jadilah mudah untuk apapun yang sedang dilakukan atau akan dijalani, mudah menerima dan merasa cukup sehingga tidak perlu “neko-neko” dalam menjalani hidup. Sebab kebahagiaan seorang individu bukan tanggung jawab persona disekitarnya melainkan dirinya sendiri.
Untuk itu dapat disimpulkan bahwa perasaan cukup merupakan salah satu indeks paling penting untuk menghadirkan kebahagiaan seorang individu sebab hidup adalah serangkaian serangkaian momen. bukan hidup kemarin atau esok yang memutuskan tapi kehidupan saat ini. Semoga refleksi akhir tahun bisa menghadirkan individu-individu yang lebih baik dari sebelumnya. Salam, Veni Vidi Vici!!!
*Nur Qamariah, Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar
*Tulisan ini telah terbit di tabloid edisi 262