PROFESI–UNM.COM – Di tengah kondisi hiruk pikuk yang terjadi di dunia kampus saat ini, dimana kampus pada masa ini hanya dipandang semata-mata menjadi pabrik pencetak para kaum pekerja dan ladang untuk tempat kita menanam bibit kepatuhan. Semua itu tidak akan lepas dari pengaruh eksternal maupun internal yang mempengaruhi cara berfikir seseorang (mahasiswa) yang pada saat ini struktur berfikirnya hanya persoalan kuliah, mendapatkan nilai tinggi dan kemudian dapat melamar sebuah pekerjaan yang diinginkan.
Pola pikir seperti itu memang lah tidak bisa disalahkan tetapi para mahasiswa juga harus sadar bahwa dia memiliki peran sosial sebagaimana yang telah tercantum dalam Tri Dharma Perguruan tinggi yakni pengabdian pada masyarakat. Namun peran sosial itu kian lama semakin dilupakan, ruang-ruang diskusi yang dahulunya dijadikan dasar oleh mahasiswa untuk melawan kesewenang-wenangan dan menciptakan sebuah perubahan itu sudah hilang begitu cepat, bagaikan kata yang tidak sempat diucapkan oleh angin kepada daun kering yang menjadikannya berguguran, pemikiran-pemikiran kritis yang dulunya dijadikan sebagai kekuatan yang melekat dalam diri seorang mahasiswa, kini telah lenyap bagaikan debu yang dimakan oleh hujan.
Lantas, apa lagi yang patut dibanggakan oleh kita yang menjadi mahasiswa saat ini, ketika kita sudah tidak lagi menganggap kampus sebagai tempat untuk kita menggali sedalam-dalamnya serta menumbuh suburkan sebuah ilmu pengetahuan dan bukan hanya sekedar tempat untuk mengasah kepatuhan tetapi untuk mengeluarkan percikan api pembangkangan, karena pada dasarnya di dalam kampus kebebasan berfikir harus di junjung tinggi bukan malah di penjarakan. Jangankan untuk diskusi, konsolidasi, serta melakukan sebuah advokasi, literasi pun itu tidak pernah lagi terapkan oleh mahasiswa di dunia kampus saat ini.
Buku-buku di perpustakaan kini hanya menjadi hiasan belaka yang sudah mulai di gantikan oleh AI. Terkadang kita lupa, gelar “Mahasiswa” bukan hanya sekedar status, tetapi juga hadir dalam perubahan dan mahasiswa juga datang ke kampus bukan hanya untuk lulus akan tetapi juga tumbuh menjadi pribadi humanis sebagai kaum yang terpelajar. (*)
*Penulis: Fuad Farizt De Aprilia