[OPINI] Diam Bukan Lagi Pilihan Saat Jalanan Menjadi Suara Rakyat

Avatar photo

- Redaksi

Sabtu, 30 Agustus 2025 - 23:06 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Potret Muh Taufiqurrasyid T Mahasiswa UNM, (Foto: Ist.)

Potret Muh Taufiqurrasyid T Mahasiswa UNM, (Foto: Ist.)

PROFESI-UNM.COM – Sejarah Indonesia telah mencatat 80 tahun kita Merdeka, namun pada pertengahan agustus 2025 adanya gelombang demonstrasi yang merabak diberbagai kota di indonesia, ini menunjukkan bahwa meningkatnya ketidak puasan publik terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai tidak pro terhadap rakyat. Isu kenaikan pajak bumi dan bangunan (PBB) sebanyak 250% hingga pembubaran Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dengan dinaikkannya tunjangan hunian sebesar Rp 50 juta/bulan untuk anggota DPR ditengah rakyat yang menjerit dalam penderitaan kurangnya lapangan kerja, dan tekanan biaya hidup telah menjadi pemicu kemarahan publik.

Luka rakyat kian menganga, diperparah oleh ketertutupan pemerintah, hingga suara public dianggap angin lalu. Dampaknya, aksi semakin meluas hingga melibatkan mahasiswa, buruh, ojol dan Masyarakat umum.

Baca Juga Berita :  [OPINI] Mengeja Pedagogi Emansipatoris: Ikhtiar Rekayasa Paradigma Pendidikan

Diam Bukan Lagi Pilihan

Makassar kembali menjadi saksi atas lahirnya sebuah gerakan yang dibangun atas dasar keresahan kolektif. Gerakan ini tidak lahir dari ruang hampa, melainkan dari tumpukan masalah yang selama ini diabaikan, kebijakan yang jauh dari aspirasi rakyat, ketidakadilan sosial yang terus berlangsung, serta jarak yang kian melebar antara pemerintah dan masyarakatnya.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di jalan-jalan, suara muda menggema, menyatukan tekad dalam barisan. Mereka tidak hanya hadir sebagai pengkritik, tetapi sebagai pengingat bahwa demokrasi tidak boleh berjalan tanpa rakyat. Slogan-slogan yang digemakan adalah cermin dari luka bersama, sekaligus harapan akan perubahan.

Gerakan ini menjadi bukti bahwa Makassar bukan hanya pusat aktivitas ekonomi dan budaya, melainkan juga ruang dialektika sosial-politik yang hidup. Ia mengajarkan bahwa ketika pintu-pintu aspirasi ditutup, jalanan akan menjelma menjadi ruang alternatif untuk bersuara.

Baca Juga Berita :  [Opini] UNM Perpanjang Kuliah Online Mahasiswa Tak Diberikan Subsidi, UKT Lari Ke Mana ?

Pada akhirnya, tanggal 29 Agustus 2025 di Makassar bukan hanya peristiwa, tetapi penanda-penanda bahwa rakyat tidak akan diam ketika keadilan diabaikan, dan bahwa suara bersama mampu menggetarkan dinding kekuasaan. Diam bukan lagi pilihan. Bergerak karena pemerintah menutup telinga terhadap jeritan rakyat.

Persatuan dan kebersamaan maka keadilan bisa ditegakkan. Gerakan adalah suara-suara yang ditolak di ruang-ruang resmi, tetapi tidak bisa dibungkam di jalanan. Gerakan ini adalah pengingat bahwa aspirasi rakyat bukan beban, melainkan dasar dari demokrasi. Gerakan ini adalah janji bahwa selama ketidakadilan berdiri, perlawanan tidak akan pernah berhenti. (*)

*Penulis:Muh Taufiqurrasyid T

Berita Terkait

[OPINI] Pernikahan Dini, Krisis Masa Depan dalam Bayang Budaya
[OPINI] Kesepian Di Tengah Keramaian: Epindemi Sunyi Lansia Urban Indonesia
[Opini] Mengurai Krisis Kesehatan Mental di Kalangan Remaja dari Perspektif Sosiologi Kesehatan
[Opini] Ketika HIV Bukan Sekadar Penyakit: Kritik atas Ketimpangan Sosial dalam Sistem Kesehatan Indonesia
Fenomena Masalah Kesehatan bagi Masyarakat yang Bermukim di Sekitar TPA Antang
[OPINI] : Suara yang Lantang, Tapi Palsu
[OPINI] : Semangat Soe Hok Gie: Masihkah Api Itu Menyala di Dada Mahasiswa
[OPINI] Ketika DPR Lebih Takut pada Hukum daripada pada Rakyat
Berita ini 49 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 25 Oktober 2025 - 23:34 WITA

[OPINI] Pernikahan Dini, Krisis Masa Depan dalam Bayang Budaya

Jumat, 17 Oktober 2025 - 23:16 WITA

[OPINI] Kesepian Di Tengah Keramaian: Epindemi Sunyi Lansia Urban Indonesia

Jumat, 17 Oktober 2025 - 05:34 WITA

[Opini] Mengurai Krisis Kesehatan Mental di Kalangan Remaja dari Perspektif Sosiologi Kesehatan

Kamis, 16 Oktober 2025 - 04:56 WITA

[Opini] Ketika HIV Bukan Sekadar Penyakit: Kritik atas Ketimpangan Sosial dalam Sistem Kesehatan Indonesia

Rabu, 15 Oktober 2025 - 14:11 WITA

Fenomena Masalah Kesehatan bagi Masyarakat yang Bermukim di Sekitar TPA Antang

Berita Terbaru

Ketua Jurusan, Abdul Haris (Foto: Int.)

KILAS LK

Fisika Open Hadir untuk Inspirasi Pelajar 

Sabtu, 8 Nov 2025 - 08:24 WITA

Ilustrasi mata rabun akibat kelelahan menggunakan media sosial (Foto: int.)

PROFESI WIKI

Tips Menjaga Kesehatan Mata untuk Mahasiswa

Sabtu, 8 Nov 2025 - 00:11 WITA

Potret Nasrulhaq saat sambutan,(Foto: Rahmat Hidayat)

KILAS LK

HMPS IPS Gelar Inaugurasi setelah 10 Tahun Vakum

Sabtu, 8 Nov 2025 - 00:07 WITA

Ilustrasi Mikrofon dan Koran yang Terbelenggu Kebebasan Pers (Foto: Int.)

PROFESI WIKI

Peran Jurnalis dalam Menegakkan Kebebasan Pers

Jumat, 7 Nov 2025 - 20:22 WITA