PROFESI-UNM.COM- Badam eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Negeri Makassar (UNM) kembali menggelar aksi bertajuk “FEB Menggugat ”, Senin (27/10) di Depan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Aksi ini berlangsung sebagai bentuk protes terhadap berbagai permasalahan yang dinilai tak kunjung diselesaikan oleh pihak fakultas, terutama krisis fasilitas, layanan akademik, dan profesionalisme dosen.
Wakil Presiden BEM FEB UNM, Andi Rizal Dufai, mengatakan bahwa aksi ini merupakan bentuk keresahan mahasiswa terhadap kondisi kampus yang tak kunjung diperbaiki. Ia menyebut, permasalahan tersebut sudah lama disuarakan, namun belum mendapat perhatian serius dari pihak fakultas.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Seperti fasilitas sarana dan prasarana, dari tahun 2014 sampai hari ini belum menunjukkan proses pemulihan dengan baik. Padahal ini menyangkut kenyamanan kurang lebih 7.000 mahasiswa,” ujarnya.
Menurutnya, jumlah ruang kelas yang tersedia saat ini hanya sekitar 20 ruangan. Akibatnya, sebagian besar mahasiswa terpaksa mengikuti perkuliahan secara daring. “Padahal, kuliah daring itu sangat tidak efektif. Kami ingin belajar secara langsung, tapi ruangannya tidak mencukupi,” lanjutnya.
Selain itu, massa aksi juga menyoroti profesionalisme dosen. Mereka menilai masih banyak dosen yang memindahkan jadwal perkuliahan secara sepihak tanpa persetujuan resmi dari pimpinan fakultas.
“Seharusnya setiap perubahan jadwal mendapat persetujuan tertulis dari pimpinan fakultas, tapi nyatanya banyak yang tetap memindahkan jadwal tanpa persetujuan dari pihak fakultas. Hal ini mengganggu proses belajar mahasiswa,” tegasnya.
Isu lain yang yaitu pungutan Rp30.000 terhadap mahasiswa yang baru menyelesaikan studi. Menurut Andi Rizal, pungutan itu tidak memiliki dasar hukum dan tergolong pungli.
“Uang Rp30.000 itu diimbau sebagai pembayaran penyelesaian studi, tapi tidak ada di peraturan akademik. Mahasiswa sudah membayar UKT yang seharusnya mencakup semua kebutuhan. Bahkan, mereka melakukan fotokopi dan pencetakan dokumen sendiri, tapi masih dipungut biaya,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa aksi ini bukan kali pertama dilakukan. Isu-isu serupa telah berulang kali disampaikan kepada pihak fakultas, namun belum ada langkah konkret untuk menyelesaikannya.
“Kami kembali turun karena keresahan ini tidak kunjung direspons. Harapan kami, pimpinan fakultas bisa mendengar dan menindaklanjuti tuntutan mahasiswa,” tutupnya.(*)
*Reporter: Rahmadani







