PROFESI-UNM.COM – Idul Adha bukan hanya hari raya keagamaan, tetapi juga perayaan nilai spiritual dan sosial dalam Islam. Ia memperingati kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang rela menyembelih putranya demi menaati perintah Allah SWT.
Peristiwa itu menjadi simbol ketaatan dan keikhlasan tanpa syarat. Allah mengganti Ismail dengan domba, menegaskan bahwa niat tulus lebih utama dari tindakan semata.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Idul Adha juga bertepatan dengan puncak ibadah haji, yaitu wukuf di Arafah. Momen ini menyatukan umat Islam dari berbagai penjuru dunia dalam kesetaraan dan kerendahan hati.
Di masyarakat, perayaan kurban menjadi sarana memperkuat solidaritas sosial. Daging kurban dibagikan kepada yang membutuhkan tanpa memandang status atau latar belakang.
Setiap tahunnya, semangat kebersamaan dan gotong royong memenuhi suasana Idul Adha. Proses penyembelihan hewan kurban dilakukan bersama-sama, mulai dari takmir masjid hingga warga sekitar.
FBS UNM Gelar Inaugurasi Evolusia 24, WR 3 UNM Sampaikan Puisi Penuh Makna
Makna kurban tidak berhenti pada ritual penyembelihan. Ia juga mengajak umat untuk merenung, sudahkah kita rela mengorbankan ego dan kenyamanan demi kebaikan bersama.
Idul Adha mengajarkan bahwa berbagi adalah bentuk ibadah. Ini menjadi pengingat bahwa rezeki yang kita miliki juga menjadi hak mereka yang kesulitan.
Di tengah gaya hidup individualistik, pesan Idul Adha menjadi penyeimbang. Ia mengajarkan pentingnya empati dan kepekaan sosial.
Bagi generasi muda, momen ini juga kerap sebagai ajang berbagi dan pengabdian. Banyak organisasi kampus hingga komunitas pemuda yang menggalang dana dan menyalurkan kurban ke daerah terpencil.
Di masa sulit seperti pandemi atau krisis ekonomi, nilai-nilai kurban terasa semakin relevan. Ia mengajarkan harapan, keikhlasan, dan kesederhanaan dalam hidup.
Idul Adha bukan sekadar hari libur atau tradisi tahunan. Ia adalah pengingat abadi tentang kekuatan iman, kepedulian, dan pengorbanan tanpa pamrih. (*)
*Reporter: Nurul Adhani Ilham