PROFESI-UNM.COM – Kenal Bhin Bhin, Atung, dan Kaka?, tiga hewan khas Indonesia ini menjadi Maskot Asian Games 2018. Bhin Bhin ialah si Cendrawasih dari pulau paling timur Indonesia yang terkenal karena kecantikannya. Sementara Atung ialah rusa endemik dari bawean, dan Kaka adalah si badak Jawa yang memiliki habitat paling luas.
Ketiganya selalu tampak pada setiap bentuk sosialisasi pelaksanaan Asian Games 2018. Misalnya pada spanduk, baliho, hingga di website resmi Asian Games. Alat publikasi tersebut tidak hanya di pasang di lokasi kegiatan. Tetapi juga di berbagai kota hingga ke desa.
Begitulah penempatan Maskot Asian Games 2018 yang selalu kita temui. Hal yang sama juga selalu muncul dalam setiap publikasi kegiatan di Universitas Negeri Makassar (UNM). Menara Pinisi dan Husain Syam selalu berdampingan dalam publikasi kegiatan yang ada di UNM. Bahkan tidak jarang, orang nomor satu di kampus eks IKIP Ujung Pandang ini lebih sering muncul dibanding Menara Pinisi yang juga menjadi ikon Kota Makassar.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Saat kami membuat kegiatan di jurusan ataupun di fakultas, kami disuruh juga pasang fotonya Rektor. Jadi kami terpaksa harus mencari foto rektor dan memasangnya agar dia bisa menghadiri kegiatan kami,” kata salah satu mahasiswa yang enggan disebutkan namanya saat diwawancarai terakait foto rektor yang ia pasang di spanduk kegiatannya.
Nyaris pada setiap publikasi kegiatan eks IKIP Ujung Pandang ini terpampang foto pria yang biasa disapa Husain. Mulai dari kegiatan seminar nasional, penerimaan mahasiswa baru, halal bihalal, dan kegiatan mahasiswa.
Alat publikasi yang dipasang di Menara Pinisi juga kadang dipasang di semua fakultas dengan mengikutsertakan foto Husain Syam. Tak hanya sampai di situ, tetapi di lokasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) pun, foto pria asal Polman ini selalu muncul di spanduk program kerja mahasiswa yang notabenenya jauh di pelosok desa.
Tak heran jika Presiden BEM FIK terpilih, Resky berjenaka Husain Syam sebagai maskot UNM. Karena Husain selalu tampil dalam publikasi UNM layaknya Maskot Asian Games. Ia bahkan beranggapan bahwa kampus yang berstatus Satuan Kerja (Satker) ini seakan milik Husain seorang.
“Pokoknya ikonnya UNM itu,” ujarnya disertai dengan tawa.
Selain Resky, ini juga menimbulkan tanda tanya besar bagi kalangan alumni. Arhamuddin Ali misalnya, seorang alumni FSD UNM yang mengungkapkan rasa penasarannya melalui laman facebook BEM UNM.
Ia mengatakan bahwa Apakah rektor UNM tidak begitu populer di kalangan civitas akademik UNM itu sendiri, sehingga harus memajang fotonya di setiap publikasi kegiatan kampus? Bahkan, foto sang rektor juga mesti dimasukkan di salah satu spanduk kegiatan KKN mahasiswanya?
“Apakah rektor UNM mau populer di mata masyarakat Sulawesi sehingga fotonya harus dipajang di spanduk KKN?” tulisnya.
Saat dikonfirmasi, Husain Syam menjelaskan bahwa dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh UNM baik itu dalam bentuk seminar maupun program KKN juga mesti disertakan fotonya. Karena menurut Husain, dirinya ikut bertanggung jawab apalagi berurusan dengan instansi atau institusi mitra dan masyarakat umum.
“Juga jadi alat kontrol bahwa mereka ada di lokasi kegiatan KKN itu membawa bendera dan simbol UNM, bukan diri sendiri atau kelompok tertentu,” katanya saat dihubungi, Sabtu (15/9).
Selain itu, Husain Syam juga menjelaskan bahwa fotonya selalu dipasang dalam setiap publikasi, karena menurutnya kegiatan tersebut atas payung program UNM. Sehingga menurutnya itu bagus untuk kampus beralmamater orange ini.
“Kalau kegiatan di UNM, saya kira tidak ada salahnya. Tapi kalau kegiatan yang tidak ada hubungan langsung dengan program UNM, itu tidak boleh bawa-bawa UNM termasuk foto saya sebagai simbol UNM,” terangnya.
*Tulisan ini terbit di edisi 229 Oktober