Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIK UNM melakukan aksi menuntut pemberantasan pungli di depan Menara Pinisi, Jumat (28/10) - (Foto: Muh. Agung Eka - Profesi)
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIK UNM melakukan aksi menuntut pemberantasan pungli di depan Menara Pinisi, Jumat (28/10) – (Foto: Dok. Profesi)

PROFESI-UNM.COM – Dosen dan pegawai di Universitas Negeri Makassar (UNM) diduga melakukan pungutan liar (Pungli). Berbagai modus pungli pun dilakukan oleh oknum  di UNM, seperti menjual buku dan pembayaran administrasi.

Modus operasi tersebut terjadi di Fakutlas Bahasa dan Sastra (FBS) UNM. Jessica (samaran) salah satu mahasiswa baru mengungkapkan, jika ada oknum dosen yang  mengancam akan memberinya nilai ‘Error’ jika tidak membeli buku yang dijualnya. Bukan  hanya satu, beragam buku yang dijual oleh oknum dosen tersebut. Harganya pun variatif, mulai dari Rp 45 ribu hingga Rp 100 ribu.

“Tentu saja ini yang memberatkan, padahal saya punya senior yang punya buku yang sama persis dengan yang dijual itu dosen. Seharusnya itu bukunya senior ku saja ku pinjam, tapi karena itu dosen paksa kita beli, jadi mau tidak mau harus kita beli supaya tidak dapat nilai Error,” keluhnya.

Seperti halnya juga dalam pembayaran pengambilan transkrip nilai. Setiap mahasiswa harus membayar Rp25 ribu jika ingin mengambil transkrip nilainya. Begitu juga dengan pengezahan ijazah, para alumni harus merogoh kocek.

“Masa ambil transkrip nilai 25 ribu terus sahkan ijazah 20 ribu, mahal sekali,” keluh Aco (samaran), mahasiswa Fakultas Ilmu Keolaragaan (FIK) ini saat ditemui oleh Profesi.

Tak hanya itu, mahasiswa Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang enggan disebutkan namanya mengeluhkan hal yang sama. Mereka diminta membayar buku panduan Program Pengalaman Lapangan (PPL) sebanyak Rp10 ribu per orang. Padahal buku tersebut harusnya digratiskan bagi mahasiswa yang akan melakukan PPL.

“Kan bukunya gratis ji, tapi pas saya mau keluar dari ruangan UPT PPL, saya dimintai uang Rp1 0 ribu. Kata stafnya itu untuk administrasi,”bebernya.

Bahkan, lanjut mahasiswa tersebut, oknum pegawai di UPT PPL meminta mahasiswa untuk  mengerti dengan pungli itu. “Dia bilang ke saya, mengertilah saja kalau harus bayar,” imbuhnya.

Ia menjelaskan tidak mempersoalkan nominal uang yang dikeluarkan. Tetapi menurutnya jika itu dibiarkan maka akan memberatkan mahasiswa. Selainn itu, jumlah uang yang terkumpul akan sangat banyak karena banyaknya mahasiswa yang membayar.

“Biar sedikit tapi kalau banyak yang bayar, kan jadi banyak jadinya,” kata dia.

Sementara itu, saat dikonfirmasi, Sekretaris UPT PPL, Yabu mengaku, bahwa sama sekali  tidak pernah dilakukan pungutan terhadap mahasiswa PPL semester ganjil. Apapun itu, tidak ada pembayaran .

“Tidak ada pembayaran sama sekali. Kalau ada yang bilang disuruh bayar buku, bohong  itu, suruh temui saya,” katanya.

Kecuali bagi angkatan 2012 ke bawah, mereka masih dikenakan biaya administrasi karena masih SPP. Ia menuturkan, pembayaran buku panduan PPL tersebut sebagai pengganti uang percetakan.

“Kan tidak ada dana dari universitas untuk mencetak buku,” jelas Yabu saat ditemui di ruangannya, Rabu (7/11). (*)


*Tulisan ini terbit di Tabloid Profesi Edisi 208

Komentar Anda

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan