Turunkan Trauma Inner Child Dengan Art Therapy

Avatar photo

- Redaksi

Jumat, 1 Desember 2023 - 23:42 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengaplikasian Art Theraphy, (Foto:Ist.)

Mahasiswa Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM) membuat inovasi untuk orang-orang yang mengalami trauma broken home dengan menggunakan Art Therapy. Art Therapy sendiri adalah cara pemulihan yang dikerjakan dengan melahirkan sebuah karya yang kreatif.

Teknik Art Therapy yang digunakan sebagai pemulihan ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan nilai kebahagiaan hidup, dapat menuntun individu merasakan dan berfikir tentang apa yang terjadi pada masa kini ketika membuat arti dari pengalaman yang dipermasalahkan. Pada Art Therapy ini diperuntukkan kepada orang-orang yang mempunyai trauma masa kecil dan broken home.

Art Therapy ini subjeknya adalah remaja yang mengalami broken home, penelitiannya berlokasi di Makassar dengan total delapan jumlah pertemuan hingga kondisi trauma para partisipannya menurun.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Nafizah, ketua tim yang membuat inovasi ini mengatakan Art Therapy ini sebagai media katarsis bagi orang yang memiliki trauma broken home ataupun inner child, media yang dimana, mereka bebas untuk mengekspresikan apapun itu. Ia juga mengatakan karena trauma inner child adalah hal yang berkembang yang mereka bawa sejak kecil hingga saat ini.

“Art therapy ini kayak sebagai media ketenangan mereka, media dimana mereka bebas mengeksperesikan apapun yang mereka mau ceritakan tapi susah diungkapkan kalau lewat katakata,” tuturnya.

Baca Juga :  Wakil Dekan 2 FIS-H Buka Goes To Faculty di FIS-H

Lebih lanjut, Nafizah juga menjelaskan mengenai inner child adalah sesuatu yang masih sering diabaikan oleh banyak orang, sehingga hal tersebut yang menjadikan orang yang mengalaminya terus terbawa hingga dewasa, dan akan sangat memungkinkan jika nantinya mereka menurunkan ke anak-anaknya jika mereka belum berdamai dengan dirinya sendiri.

“Apalagi inner child itu terkadang menjadi hal yang sering diabaikan dan tidak menutup kemungkinan trauma yang mereka rasakan bisa tercycle lagi ke anakanaknya karena mereka belum berdamai dengan diri mereka,” jelasnya.

Mahasiswa Angkatan 2020 ini menjelaskan bahwa Art Therapy bisa mengungkapkan emosi para penderitanya karena ingin mendapatkan sentuhan langsung dan bisa langsung mengungkapkannya, ini menjadi alasan memilih Art Therapy menjadi pengobatan untuk menurunkan trauma. Ia juga mengatakan bahwa selain dari Art Therapy menurutnya kurang menyentuh langsung ke diri para penderita. Sedangkan jika menggunakan metode terapi menulis tidak semua penderita trauma suka dengan menulis. Jadi mereka mencari hal yang bisa membuat penderita trauma merasa asyik dan menyenangkan, serta dapat mengungkapkan emosi.

“Art therapy itu kan mereka bisa ungkapkan emosinya mereka karena yang kami ingin sentuh itu hal yang ingin mereka ungkapkan namun susah. kenapa bukan terapi musik dan lainnya? pertama untuk terapi musik itu kan tidak menyentuh ke diri mereka mungkin bisa memberi ketenangan jadi menurut kami masih kurang tepat. kedua, kalo misal journaling atau expressive writing itu yah tidak semua orang suka menulis jadi kami cari intervensi yang menyenangkan dan mengasyikkan sekaligus bisa jadi media mereka ungkapkan emosi mereka apalagi targetnya kami remaja,” jelasnya.

Baca Juga :  Tabloid Cetak Edisi 271

Selanjutnya, mengenai metode penerapan yang tim berikan kepada penderita trauma dengan delapan sesi pertemuan untuk menggambar, tiga sesi menggambar secara bebas, tiga sesi menggambar dengan tema-tema seperti pengalaman tidak menyenangkan, pengalaman menyenangkan, situasi lingkungan, dan dua sesi mewarnai mandala.

Penelitian Art Therapy untuk menurunkan trauma inner child yang dilakukan mahasiswa psikologi ini dilaksanakan selama empat bulan. Tahap persiapan untuk mempersiapkan modul, skala dan sebagainya selama satu bulan, dan pelaksanaan pertemuan kepada para remaja penderita trauma broken home dan inner child selama tiga bulan.

Terakhir, Nafizah mengatakan semua kondisi traumatis partisipan berhasil menurun dengan menggunakan metode Art Therapy ini. “Tiga dan semuanya turunki kondisi traumanya,” tuturnya.(*)

*Tulisan ini telah terbit di Tabloid Edisi 268 November 2023

Berita Terkait

TABLOID EDISI 280 LPM PROFESI UNM
Tabloid Cetak Edisi 275
Tabloid Cetak Edisi 274
Tabloid Cetak Edisi 273
Tabloid Cetak Edisi 272
Tabloid Cetak Edisi 271
TABLOID EDISI 270 JANUARI 2024
TABLOID EDISI 269 DESEMBER 2023
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 12 Februari 2025 - 17:47 WITA

TABLOID EDISI 280 LPM PROFESI UNM

Senin, 15 Juli 2024 - 11:57 WITA

Tabloid Cetak Edisi 275

Rabu, 26 Juni 2024 - 18:52 WITA

Tabloid Cetak Edisi 274

Selasa, 21 Mei 2024 - 18:43 WITA

Tabloid Cetak Edisi 273

Rabu, 27 Maret 2024 - 17:28 WITA

Tabloid Cetak Edisi 272

Berita Terbaru

Pendidikan Sejarah

Pameran Sejarah Jadi Wadah Edupreneurship dan Wisata

Kamis, 8 Mei 2025 - 02:21 WITA

Fakultas Psikologi

Tim BKP Fakultas Psikologi Gelar Psikoedukasi Sex Education di PAUD Kartini

Kamis, 8 Mei 2025 - 02:00 WITA

Himanis

UMKM Fest Wadah Promosi dan Pemberdayaan UMKM Lokal

Rabu, 7 Mei 2025 - 02:27 WITA