Tips Menajemen Emosi Saat Bekerja dalam Tim

Avatar photo

- Redaksi

Kamis, 10 Juli 2025 - 12:24 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi seorang ketua tim mampu mengndalikan emosi pada saat kerjsa Bersama tim, (Foto : AI).

Ilustrasi seorang ketua tim mampu mengndalikan emosi pada saat kerjsa Bersama tim, (Foto : AI).

 

PROFESI-UNM.COM- Sebagai mahasiswa kamu pasti sering kali mnedapatkan tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok, atau mungkin pada saat kamu harus bekerja dengan tim oleh karena kamu tergabung dalam organisasi kemahasiswaan di Kampus.

Untuk itu di bawah ini beberapa tips agar kamu tetap menjadi tim netral dalam forum diskusi secara tim.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menajemen Emosi Saat Bekerja dalam Tim

Pertama, mulai dari diri sendiri. Kenali Pemicu Emosimu. Langkah pertama dalam manajemen emosi sebagai kesadaran diri. Kenali situasi, kata-kata, atau perilaku apa yang cenderung memancing reaksi emosional negatif dari kamu. Apakah itu saat kritik disampaikan, saat tenggat waktu mepet, atau saat ide kamu tidak didengar? Dengan mengetahui pemicunya, kamu bisa lebih siap untuk mengelola reaksi yang akan muncul.

Kedua, terapkan “Jeda Emas” sebelum memberi respon. Saat kamh merasakan emosi negatif seperti marah atau frustrasi memuncak, jangan langsung merespons. Ambil jeda sejenak, meski hanya lima detik. Tarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. Jeda singkat ini memberikan kesempatan bagi bagian otak rasional kamh untuk mengambil alih dari bagian emosional, sehingga respons yang kamu berikan lebih terkontrol dan profesional.

Baca Juga Berita :  LK se-FEB UNM Adakan Nonton Bareng Indonesia VS Uzbekistan

Ketiga, Gunakan “Pesan-Saya” untuk mengutarakan perasaan.
Alih-alih menyalahkan atau menuduh rekan kerja (misalnya, “Kamu selalu telat mengumpulkan data!”), gunakanlah kalimat yang berpusat pada perasaan atau perspektif kamu. Contohnya, “Saya merasa khawatir karena data untuk laporan ini belum terkumpul, ini bisa memengaruhi jadwal kita.” Cara ini mengurangi sifat defensif dari lawan bicara dan membuka pintu untuk diskusi solusi.

Keempat, dengarkan untuk memahami. Bukan Hanya untuk menjawab manajemen emosi juga tentang memahami emosi orang lain. Saat rekan tim kamu berbicara, terutama saat ada konflik, dengarkan dengan tujuan untuk benar-benar memahami sudut pandang mereka, bukan sekadar menunggu giliran untuk menyanggah. Praktik mendengarkan dengan empati ini dapat meredakan ketegangan dan menunjukkan bahwa kamh menghargai mereka sebagai individu.

Baca Juga Berita :  Detox Sosial Media: Cara Simpel Jaga Kesehatan Mental

Kelima, fokus pada masalah, bukan pada orangnya. Ketika terjadi konflik atau kesalahan, sangat mudah untuk terjebak dalam menyalahkan individu. Alihkan fokus diskusi dari “siapa yang salah” menjadi “bagaimana kita menyelesaikan masalah ini bersama?”. Dengan membingkai masalah sebagai tantangan tim, kamu mengubah suasana dari konfrontasi personal menjadi kolaborasi untuk mencari solusi.

 

Terkahir, bangun kepercayaan sebagai fondasi Keamanan emosional.  Mengelola emosi lebih mudah dalam lingkungan di mana setiap anggota merasa aman untuk menjadi rentan, mengakui kesalahan, atau mengajukan ide tanpa takut dihakimi. Kepercayaan ini dibangun dari waktu ke waktu melalui konsistensi, saling menghormati, dan menepati janji. Semakin tinggi tingkat kepercayaan dalam tim, semakin rendah potensi konflik emosional yang merusak. (*)

*Reporter : Florencya Alnisa Christin

Berita Terkait

Overthinking Skripsi, Ketika Deadline Jadi Momok
Nongkrong? Ajang Healing atau Penguras Uang?
Rebahan Berkualitas: Gaya Istirahat Mahasiswa Masa Kini
Hustle Culture: Saat Sibuk Jadi Simbol Kesuksesan Mahasiswa
Tips Bangun Personal Branding di Platform Instagram
Simak Tips Ini Agar Jadi Pemimpin yang Mampu Manfaatkan SDM
Tips Pilih Ice Breaking yang Dapat Cairkan Suasana Forum Presentasi
Tips Kembali Tingkatkan Produktifitas yang Hampir Sirna
Berita ini 5 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 16:24 WITA

Overthinking Skripsi, Ketika Deadline Jadi Momok

Kamis, 10 Juli 2025 - 16:18 WITA

Nongkrong? Ajang Healing atau Penguras Uang?

Kamis, 10 Juli 2025 - 16:13 WITA

Rebahan Berkualitas: Gaya Istirahat Mahasiswa Masa Kini

Kamis, 10 Juli 2025 - 16:07 WITA

Hustle Culture: Saat Sibuk Jadi Simbol Kesuksesan Mahasiswa

Kamis, 10 Juli 2025 - 13:09 WITA

Simak Tips Ini Agar Jadi Pemimpin yang Mampu Manfaatkan SDM

Berita Terbaru

Ilustrasi Mahasiswa Stres Skripsi, Dikejar Deadline dan Bimbingan, (Foto: AI.)

Berita Wiki

Overthinking Skripsi, Ketika Deadline Jadi Momok

Kamis, 10 Jul 2025 - 16:24 WITA

Ilustrasi Mahasiswa Berdiskusi Santai Sambil Ngopi di Cafe, (Foto: AI.)

Berita Wiki

Nongkrong? Ajang Healing atau Penguras Uang?

Kamis, 10 Jul 2025 - 16:18 WITA

Ilustrasi Mahasiswa Rebahan Sambil Mendengarkan Musik Untuk Relaksasi, (Foto: AI.)

Berita Wiki

Rebahan Berkualitas: Gaya Istirahat Mahasiswa Masa Kini

Kamis, 10 Jul 2025 - 16:13 WITA

Ilustrasi Mahasiswa Sedang Bergelut dengan Tugas dan Deadline, (Foto: AI.)

Berita Wiki

Hustle Culture: Saat Sibuk Jadi Simbol Kesuksesan Mahasiswa

Kamis, 10 Jul 2025 - 16:07 WITA

Ilustrasi Kolaborasi Mahasiswa Dalam Aksi Nyata Peduli Lingkungan dan Sosial, (Foto: AI).

PROFESI WIKI

Mahasiswa Volunteer, Kecil Aksi Besar Kontribusi

Kamis, 10 Jul 2025 - 16:02 WITA