PROFESI-UNM.COM – Gaya hidup mahasiswa yang penuh aktivitas sering kali membuat waktu makan jadi terabaikan. Mulai dari pagi yang terburu-buru, kelas yang padat, sampai tugas yang tak kunjung selesai, semua berkontribusi pada kebiasaan “skip makan” yang makin dianggap biasa. Padahal, kebiasaan ini bisa berdampak pada stamina dan kesehatan jangka panjang.
Banyak mahasiswa memilih melewatkan sarapan atau makan siang karena merasa tak sempat. Beberapa mengaku hanya sempat makan satu kali sehari, sementara sisanya diganti dengan camilan ringan atau kopi instan. Akibatnya, tubuh jadi mudah lemas, sulit fokus, bahkan bisa mengalami gangguan lambung.
Namun, di tengah kesibukan itu, ada mahasiswa yang mulai menyiasati pola makan agar tetap sehat. Salah satunya dengan menyiapkan cemilan bergizi seperti roti gandum, pisang, atau kacang-kacangan di tas. Mereka juga lebih memilih air putih dibandingkan minuman manis agar tubuh tetap terhidrasi.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Tips lainnya adalah dengan menyempatkan sarapan ringan sebelum berangkat kuliah, seperti telur rebus atau oatmeal instan. Beberapa juga memilih masak sederhana seminggu sekali dan menyimpan hasilnya dalam wadah agar bisa dipanaskan kapan saja.
Di sisi lain, kesadaran untuk menjaga waktu makan mulai meningkat seiring banyaknya edukasi soal kesehatan mahasiswa. Beberapa organisasi kampus bahkan rutin mengadakan seminar atau kampanye seputar pola makan sehat, terutama menjelang UTS dan UAS.
Skip makan memang bisa jadi “jalan pintas” di tengah kesibukan. Tapi mahasiswa perlu ingat bahwa otak butuh asupan gizi agar bisa bekerja optimal. Terlalu sering menomorduakan makan hanya akan merugikan diri sendiri dalam jangka panjang.
Menjaga makan bukan berarti harus mewah. Yang penting cukup, bergizi, dan konsisten. Karena sehebat apa pun target akademik, tetap butuh tubuh yang kuat untuk mewujudkannya. (*)
*Reporter: Nur Mardatillah