
PROFESI-UNM.COM – Perjuangan kemerdekaan Indonesia merupakan perjalanan panjang yang dipenuhi oleh pengorbanan dan semangat pantang menyerah. Sejak awal abad ke-20, rakyat Indonesia mulai merasakan ketidakadilan yang diakibatkan oleh penjajahan Belanda selama lebih dari tiga abad. Kesadaran akan pentingnya kebebasan dan hak asasi manusia mulai tumbuh, mendorong rakyat Indonesia untuk bersatu dan melawan penjajahan.
Salah satu tonggak penting dalam perjuangan kemerdekaan adalah berdirinya organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Budi Utomo didirikan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo dan beberapa mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen), sebuah sekolah kedokteran di Batavia. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pendidikan dan kesadaran politik di kalangan rakyat Indonesia. Budi Utomo menjadi inspirasi bagi munculnya berbagai organisasi pergerakan lainnya yang bertujuan untuk melawan penjajahan dan memperjuangkan kemerdekaan.
Pada tahun 1927, Soekarno bersama para pemuda lainnya mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI). PNI berjuang untuk kemerdekaan Indonesia melalui pendekatan non-kooperatif, yaitu menolak bekerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda. Soekarno dan PNI aktif menyuarakan semangat nasionalisme, yang kemudian menyebar luas di kalangan masyarakat Indonesia.
Namun, perjuangan tidak selalu berjalan mulus. Penjajah Belanda semakin represif terhadap gerakan kemerdekaan. Para pemimpin nasionalis seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir sering kali ditangkap dan dipenjara. Meski begitu, semangat perjuangan tidak pernah padam. Pada tahun 1928, para pemuda dari berbagai suku dan daerah berkumpul dalam Kongres Pemuda II, yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda ini menegaskan tekad para pemuda Indonesia untuk bersatu dalam satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air Indonesia.
Perang Dunia II menjadi titik balik dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1942, Jepang mengalahkan Belanda dan menduduki Indonesia. Meskipun penjajahan Jepang juga penuh penderitaan, mereka memberikan sedikit kelonggaran bagi para nasionalis Indonesia. Jepang berjanji untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia sebagai imbalan atas dukungan rakyat Indonesia dalam perang melawan Sekutu.
Namun, setelah Jepang kalah pada Agustus 1945, situasi menjadi kacau. Kekosongan kekuasaan ini dimanfaatkan oleh para pemimpin nasionalis untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan. Pada 16 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta diculik oleh para pemuda nasionalis seperti Sukarni dan Chaerul Saleh ke Rengasdengklok. Para pemuda tersebut mendesak agar proklamasi kemerdekaan segera dilakukan, tanpa menunggu persetujuan Jepang.
Keesokan harinya, pada 17 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di depan rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Naskah proklamasi yang ditulis oleh Soekarno sendiri, dengan beberapa masukan dari Hatta, dibacakan dengan penuh khidmat. Peristiwa ini menjadi puncak dari perjuangan panjang bangsa Indonesia untuk meraih kebebasan dari penjajahan.
Meskipun proklamasi telah dikumandangkan, perjuangan belum berakhir. Indonesia harus menghadapi upaya Belanda untuk kembali menguasai Indonesia melalui Agresi Militer Belanda I dan II. Namun, dengan semangat persatuan dan dukungan internasional, Indonesia akhirnya berhasil mempertahankan kemerdekaannya.
Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah simbol kemenangan dan awal dari sebuah bangsa yang merdeka. Perjuangan panjang yang penuh dengan pengorbanan ini adalah bukti bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah, melainkan hasil dari kerja keras dan semangat perjuangan yang tak kenal lelah. Hingga hari ini, semangat kemerdekaan terus hidup dalam setiap detak jantung rakyat Indonesia. (*)
*Reporter: Firmansyah