Menilik Arus Sejarah Pers Mahasiswa

Avatar photo

- Redaksi

Minggu, 26 Agustus 2018 - 08:13 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pers Mahasiswa. (Foto: Int)

PROFESI-UNM.COM – Pers Mahasiswa telah menunjukkan eksistensinya sebelum universitas di Indonesia ada. Segelintir pemuda pribumi yang berkuliah di Belanda dan berhimpun dalam organisasi Indische Vereniging telah melakukan aktivitas jurnalistik, mereka menyerukan persatuan dengan dasar nasionalisme melalui majalah Hindia Putra.

Mereka adalah pemuda yang terkena dampak politik etis, organisasi Indische Vereniging sendiri berdiri pada tahun 1908 yang diprakarsai oleh Soetan Kasajangan Soripada dan R.M. Noto Soeroto. Tujuan awal organisasi ini adalah mengadakan pesta dansa dan pidato-pidato.

Indische Vereniging mulai berubah haluan tatkala Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) bergabung dalam organisasi ini pada tahun 1913. Ia mulai memikirkan masa depan indonesia dan betapa besar peran organisasi tersebut bagi bangsa indonesia.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Semenjak itu kemudian mereka menggagas majalah yang diberi nama ‘Hindia Poetra’. Awal terbit isi majalah Hindia Putra sama sekali tidak memuat tulisan bernada politik.

Organisasi ini terus mengalami metamorfosis, pada September saat pergantian ketua antara Dr. Soetomo dan Herman Kartawisastra organisasi ini berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging. Organisasi ini konsisten menerbitkan majalah Hindia Poetra, dibawah asuhan Mohammad Hatta majalah ini mulai menjadi sarana untuk menyebarkan ide-ide antikolonial, Hatta menyumbangkan tulisan kritik mengenai praktik sewa tanah industri gula Hindia Belanda yang merugikan petani.

Baca Juga Berita :  Mahasiswa Administrasi Pendidikan FIP UNM Gelar Talkshow Komunikasi

Tahun 1923 Indonesische Vereeniging kembali memilih anggota baru, kali ini Iwa Koesoemasoemantri terpilih jadi ketua. Indonesische mulai menyebarkan ide non-kooperasi yang mempunyai arti berjuang demi kemerdekaan tanpa bekerjasama dengan Belanda.

Indonesische Vereeniging kembali berganti nama dibawah kepimimpinan Soekiman Wirjosandjojo, nama organisasi ini resmi berubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Hatta menjadi Ketua PI terlama yaitu sejak awal tahun 1926 hingga 1930, sebelumnya setiap ketua hanya menjabat selama setahun. Perhimpunan Indonesia kemudian menggalakkan secara terencana propaganda tentang Perhimpunan Indonesia ke luar Negeri Belanda.

Majalah Hindia Putra juga mengalami perubahan nama dibawah pimpinan Hatta menjadi Indonesia Merdeka. Tetapi karena tegasnya sikap rezim kolonialisme Belanda yang masih tegak berdiri maka majalah Indonesia Merdeka saat itu disebarkan secara diam-diam. terlebih ketika belanda membentuk divisi khusus dalam kepolisian dengan nama Politiek Inlichtingen Dienst yang bertugas melakukan investigasi terkait kejahatan politik.

Semangat menyebarkan rasa merdeka yang disemayangkan dalam dua tradisi sekaligus, pemberitaan dan advokasi terus dilakukan oleh Hatta dan kawan-kawannya di PI. Jurnalisme Advokasi ini juga berkembang ditanah air setelah beberapa anggota PI menyelesaikan studinya di Belanda dan kembali ke Indonesia.

Baca Juga Berita :  62 Peserta Ikuti Technical Meeting DJMTD 2020

Dalam catatan sejarah, pers mahasiswa memiliki peran sentral dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Pasca kemerdekaan pun mereka tetap eksis mewartakan ketimpangan yang terjadi di tanah air ini, tidak sedikit aktivis pers mahasiswa yang dipenjara akibat mengkritik rezim Soeharto yang dinilai otoriter.

Namun dibawah kepiminpinan B.J Habibie, pers mahasiswa dipaksa kembali ke kampus. Habibie mengeluarkan kebijakan terkait kebebasan pers, karena itu pers mahasiswa kalah bersaing dengan pers arus utama yang semakin berkembang.

Di kampus Pers Mahasiswa dijuluki sebagai ‘biang onar’. Sebab laporan jurnalistiknya yang berbahaya dan kerap dianggap berpotensi mengganggu stabilitas kampus.

Pers Mahasiswa hadir sebagai pembawa sekaligus pemantik wacana tandingan di kalangan mahasiswa. Sebuah orientasi yang tentunya berdampak lebih jauh, dengan pemahaman seperti ini maka respon berbagai pihak atas pemberitaan pers mahasiswa dan label biang onar yang tersemat didalamnya harus ditanggapi secara bijak.


*Reporter: Wahyu Riansyah

Berita Terkait

DJMTD LPM Bioma 2025 Resmi Dibuka, Cetak Jurnalis Visioner
Mahasiswa Administrasi Pendidikan FIP UNM Gelar Talkshow Komunikasi
Aeni Bagikan Tips Jadi Content Creator Lewat LabS Story TP FIP UNM
DJMTD 2024: 101 Peserta Dinyatakan Lolos Diklat Jurnalistik
[FOTO] Momentum Hari Terakhir DJMTD 2024
Serunya Outbond DJMTD 2024 di Bukit Harapan Gowa
Agenda Showtime Menjadi Rangkaian Kegiatan DJMTD 2024
Bukit Harapan Gowa Jadi Tempat Widyawisata DJMTD 2024
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 3 Mei 2025 - 04:50 WITA

DJMTD LPM Bioma 2025 Resmi Dibuka, Cetak Jurnalis Visioner

Kamis, 21 November 2024 - 22:17 WITA

Mahasiswa Administrasi Pendidikan FIP UNM Gelar Talkshow Komunikasi

Minggu, 17 November 2024 - 18:23 WITA

Aeni Bagikan Tips Jadi Content Creator Lewat LabS Story TP FIP UNM

Rabu, 25 September 2024 - 20:22 WITA

DJMTD 2024: 101 Peserta Dinyatakan Lolos Diklat Jurnalistik

Minggu, 22 September 2024 - 23:00 WITA

[FOTO] Momentum Hari Terakhir DJMTD 2024

Berita Terbaru

Ilustrasi Seseorang Sedang Berpuasa, (Foto: Int.)

Berita Wiki

Puasa Arafah Sebagai Momen Istimewa Meraih Ampunan Allah

Kamis, 5 Jun 2025 - 23:06 WITA

Masyarakat Melakukan Proses Penyembelihan Hewan Kurban, (Foto: Int.)

Berita Wiki

Nilai-Nilai Idul Adha yang Bisa Jadi Inspirasi Hidup

Kamis, 5 Jun 2025 - 22:49 WITA

Ilustrasi Suasana Hari Raya Idul Adha, (Foto: Int.)

wiki

Kurban Bukan Sekadar Potong Hewan

Kamis, 5 Jun 2025 - 22:20 WITA