
PROFESI-UNM.COM – Lembaga Kemahasiswaan (LK) Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM) hingga kini masih menanti janji pengadaan sekretariat baru. Meski berulang kali didesak, namun tak ada kabar baik didengar dari pihak birokrasi.
Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Sastra Indonesia (Sasindo), Ita Apriani angkat bicara. Kata Apriani, pengadaan sekretariat tersebut masih sebatas wacana. Sebab, belum ada kejelasan soal pembangunannya. Hingga sekarang pun pihak birokrasi hanya memberikan tempat sementara.
“Untuk sekarang kami masih terus menagih janji. Yang dikasih itu bahasanya sekret sementara, kan janjinya dibangunkan sekretariat,” kata mahasiswa angkatan 2014 ini.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Birokrasi diminta untuk secepatnya menepati janji itu. Serta tidak menganggap pemberian sekretariat sementara ini dapat melunasi janji pembangunan sekretariat.
“Saya sukanya orang yang konsisten. Nah kan sebelumnya dijanjikan mau membangun, jadi janjinya tolong direalisasikan,” ucapnya.
Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FBS, Fatmiati Nur, mengaku jika janji pengadaan sekretariat memang masih belum ada kepastian. Saat ini hanya baru dua LK yang mendapat tempat permanen. Sementara itu, sembilan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) hanya memiliki sekretariat sementara. Sedangkan untuk enam biro dan tiga Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) nasibnya masih terkatung-katung.
“BEM dan Maperwa sudah ada, sekretariat sementara yang diberikan untuk HMPS juga sudah dikatakan layak. Tapi masih ada sembilan lembaga yang tidak ada kejelasan sekretariatnya,” tuturnnya.
Pihaknya pun masih meunggu realisasi dari pihak birokrasi. Berbagai hal telah dipersiapkan, termasuk denah yang telah dibuat ulang serta disetujui oleh pihak LK dan fakultas.
“Kalau sekret yang dibelakang, masih kita tunggu. Denahnya dulu memang bermasalah, tapi sudah kami ukur ulang, dan sudah diterima pihak fakultas. Tinggal tunggu dibuat,” paparnya.
Tidak hanya sampai disitu. Mahasiswa angkatan 2013 ini juga mengungkapkan, permasalahan fasilitas bukan sebatas sekretariat saja. FBS memiliki sejumlah permasalahan sarana dan prasarana. Contohnya, AC yang tidak berfungsi dan tidak meratanya pembagian kursi baru. Meski ada perbaikan di beberapa lini, namun masih dirasa setengah hati.
“Kalau masalah fasilitas di FBS, kita tahu sendirilah. Belum ada perubahan yang terasa sekali. Memang ada perbaikan, seperti penerangan dan pengadaan kursi 500 buah. Tapi kursinya harus berbagi dengan seni. Kebanyakan kita di janji saja,” jelasnya. (*)
*Tulisan ini telah terbit di Tabloid Profesi edisi 219