PROFESI-UNM.COM – Dalam pidato wisuda Program Profesi Guru (PPG) Universitas Negeri Makassar (UNM), Rektor menekankan bahwa gelar guru profesional bukan sekadar tambahan akademik, melainkan amanah yang harus wisudawan jalankan dengan sepenuh hati. Hal ini ia sampaikan pada acara wisuda yang berlangsung di Pelataran Menara Pinisi, Rabu (21/5).
Ia mengajak para lulusan untuk mengedepankan ketulusan, integritas, dan kesadaran sebagai pendidik sejati di tengah kompleksitas dunia pendidikan.
“Guru yang telah menyandang GR di depan namanya tentu memiliki kelebihan, tentu memiliki motivasi yang tinggi terhadap bagaimana peningkatan kualitas dari anak-anak kita yang kita hasilkan itu,” ujar Rektor UNM.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Lebih dari sekadar memenuhi tuntutan administratif, profesi guru sebaiknya menjadi penggerak perubahan di lapangan. Selain itu, guru menjadi teladan dan komunikator yang mampu menjembatani semangat belajar siswa dan dinamika sekolah.
“Oleh karena itu memang tidak mudah menjalankan proses-proses profesional ini. Namun demikian bagaimana Anda mampu meningkatkan kualitas-kualitas itu dan beragam alternatif di dalam transfer keilmuan,” pungkasnya.
Bekerja dengan Hati
Dalam bagian pidato yang menyentuh, Rektor juga mengajak seluruh lulusan untuk selalu bekerja dengan hati. Ia menyampaikan bahwa dalam menjalankan profesi ini, hati nurani adalah satu-satunya hal yang tidak bisa kalian bohongi.
“Yang lain bisa dibohongi—telinga, hidung, mulut, pikiran, pakaian bisa dibohongi. Tapi hati tidak akan pernah dibohongi. Oleh karena itu bekerjalah dengan hati, karena dengan hati maka Anda tetap berada pada jalur yang benar,” ujarnya.
Rektor UNM Ajak Lulusan PPG Jadi Pemantik Inovasi Pendidikan
Pesan moral tersebut menjadi penegasan bahwa tanggung jawab guru bukan hanya mendidik secara akademik, tetapi juga membentuk karakter dan masa depan anak-anak bangsa.
“Camkan semua itu, bahwa tidak ada energi yang dikeluarkan sepanjang itu baik yang tidak berdampak kepada diri kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala tetap akan adil di dalam melihat amalannya,” tuturnya.
Rektor menutup pesannya dengan imbauan agar lulusan terus mengembangkan diri, menjaga semangat mengabdi, dan tidak membandingkan profesi guru secara dangkal dengan profesi lain, terutama dari sisi materi.
“Jangan pernah memasukkan di dalam hati informasi-informasi luar sana yang terkait dengan perbandingan gaji guru dari berbagai negara. Kebahagiaan dan kecukupan itu, Bapak Ibu sendiri yang menentukan,” ucapnya.
Pidato tersebut menjadi momentum reflektif bagi para lulusan bahwa menjadi guru bukan hanya soal profesi, melainkan tentang panggilan jiwa yang harus wisudawan emban dengan dedikasi, semangat, dan ketulusan hati. (*)
*Reporter: Firmansyah