
PROFESI-UNM.COM – Diperkenalkan saat duduk di kelas IV SD, Magfirah Syamsul Alam pun jatuh cinta pada dunia karate yang kini telah membesarkan namanya. Teranyar, Ia baru saja mendapatkan medali perunggu di ajang Kejuaraan Internasional Jarat Karat Shoto (JKS) Federation di Vietnam pada 14 Desember 2016 lalu.
Prestasi yang diraih Magfirah berkat motivasi dan dedikasi tinggi. Ia menjadikan kedua hal ini sebagai pegangan dalam beraktivitas sehari-hari. Selama bergelut di dunia karate hingga saat ini ia telah mengikuti berbagai kejuaraan karate baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional.
Ia bahkan pernah mengikuti kejuaraan Loin Cup Luxemburg Open 2014. Pada kejuaraan ini ia memperoleh medali emas kata perorangan junior. “Pernah ka juga ikut kejuaraan di luxemburg dua tahun lalu,” katanya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Tidak hanya itu, pada tahun 2016 ia menjadi salah satu kontingen atlet pada Pekan Olahraga Nasional (PON). Ia pun berhasil merengkuh medali perunggu. Kejuaraan terakhir yang diikutinya ialah kejuaraan Internasional Japan Karate Shoto (JKS) di Vietnam pada Desember lalu.
“Paling berkesan itu PON 2016 dan yang terakhir di Vietnam, kejuaraan JKS,” katanya.
Menurutnya semua pencapaian yang telah ia dapatkan itu berkat dukungan dan kepercayaan dari orang tuanya. Sejak kecil, keluarga mendukung Magfirah untuk terjun di dunia karate. Tak hanya dalam bentuk material, orang tuanya juga juga selalu mendukung secara moril.
Saat ia kalah, orang tuanya tidak pernah menuntut, justru tetap menyemangati dirinya agar lebih berprestasi. “Motivasiku itu orang tuaku yang selalu mendukung, selalu belikan semua kebutuhan untuk karate,” bebernya.
Dibalik keberhasilan yang telah dicapai, ia juga telah mengalami yang namanya kekalahan. Namun kekalahan dianggapnya sebagi kemenangan yang tertunda.
Baginya, menang dan kalah adalah hal biasa dalam kejuaraan. “Bagaimanapun kita berusaha kalau memang bukan rezeki tidak bakalan ki bisa, jadi tergantung dari rezeki kita,” bebernya.
Satu hal yang sangat ia sayangkan yaitu tidak adanya dukungan dari pihak kampus. Beberapa waktu yang lalu salah seorang dosen telah mengancam tidak akan memberikan nilai. Padahal menurutnya, pihak prodi telah meminta piagam yang telah ia peroleh untuk menunjang peningkatan akreditasi.
“Padahal kaprodi ku sudah minta piagam-piagamku untuk menunjang
akreditasi, tapi nda ada ji juga feedback- nya buat saya,” bebernya.
Ia pun mengharapkan adanya perhatian dari pihak birokrat agar mampu lebih mengembangkan prestasi yang dimiliki dara asal Makassar ini. Selain
sebagai seorang atlet, mahasiswa Manajemen ini juga sedang mengembangkan usaha jilbab bersama teman-temannya yang diberi nama Hijab by Myfii.
Usaha tersebut merupakan salah satu cara untuk menyalurkan hasratnya
menjadi seorang pengusaha. Ia pun mengaku ingin menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS) dan pengusaha.
“Walaupun masih usaha kecil-kecilan tapi lumayan hasilnya, dan memang cita-citaku mau jadi PNS plus pengusaha,” ujarnya. (*)
*Tulisan ini terbit di Tabloid Profesi Edisi 210