
PROFESI-UNM.COM – Guru besar Universitas Negeri Makassar (UNM) rupanya masih minim dalam menghasilkan publikasi internasional. Hal tersebut berdasarkan data Science and Technology Index (SINTA). Website milik Kemenristekdikti ini merupakan halaman resmi bagi semua peneliti dan dosen untuk mempublikasikan kinerja dalam menghasilkan publikasi.
Sejak diluncurkannya pada 30 Januari 2017 lalu, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) berharap SINTA bisa mengukur kinerja ilmu pengetahuan dan teknologi yang meliputi kinerja peneliti, penulis, kinerja jurnal dan kinerja institusi iptek,” katanya dikutip dari beritasatu.com saat peluncuran SINTA versi 2.0 di Jakarta, Jumat (4/8).
Namun, hasil evaluasi yang sudah dilakukan Kemenristekdikti diketahui bahwa dari 4.299 profesor yang mendaftarkan publikasi internasionalnya ke SINTA. Hanya 1.551 publikasi yang tulisannya memenuhi persyaratan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Data ini pun kemudian menujukkan 82 guru besar UNM yang terdaftar di SINTA rupanya masih ada yang kurang berkontribusi. Untuk publikasi internasional bereputasi Scopus, sebanyak 38 profesor masih belum mampu membuatnya.
Sementara itu, jumlah publikasi internasional untuk 13 guru besar masih minim. Jika dilihat, mereka hanya punya kurang dari lima publikasi ketimbang lainnya. Bahkan, terdapat 11 profesor yang hingga kini belum terdaftar di SINTA.
Terkait permasalahan ini, Pembantu Rektor Bidang Kerjasama (PR IV), Gufran Darma Dirawan justru mengatakan hal ini tidaklah menjadi masalah. Meski guru besar hanya memiliki publikasi internasional terindeks melalui Google Scholar.
“Bukan berarti itu tidak ada Scopusnya, karena dalam persyaratan itu Permendikti No. 20 menyatakan kalau ada dua walaupun di Google Scholar sudah cukup,” imbuhnya.
Lewat SINTA, guru besar UNM dengan publikasi internasional terbanyak ialah Gufran Darma Dirawan. Guru Besar Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik (FT) ini menghasilkan sebanyak 62 publikasi internasional bereputasi Scopus.
58 diantaranya dihasilkan dalam kurun empat tahun berturut-turut, yakni 2014, 2015, 2016, 2017. Sementara untuk bereputasi Google Scholar berjumlah 94.
Namun, di sisi lain, Pakar Pendidikan, Suparlan Suhartono justru menyebut jika memang ada indikasi bahwa guru besar tidaklah melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik sesuai data SINTA. Maka, bisa dipertanyakan gelar profesor yang disandangnya.
“Menjadi profesor itu jelas terbukti akademiknya, profesor itu familar dengan kelas,” ujarnya.
Lanjut, ia juga menuturkan, permasalahan ini kembali lagi pada kesadaran seorang guru besar. Tekhusus di UNM, kata Suparlan, butuh waktu membenah berbagai masalah yang ada.
“Karena mengubah kebiasaan itu susah di UNM ini. Saya tidak tahu yah bagaimana, misalnya, anak dosen. Kalau menurut saya,” tuturnya.
Namun, Rektor UNM, Husain Syam mengatakan, permasalahan tersebut tak berarti tidak menghasilkan publikasi internasional. Kata dia, seorang profesor tetap menjalankan kewajibannya sesuai aturan yang berlaku.
“Targetnya tidak banyak jadi saya optimis mereka dapat menyelesaikan menulis itu,” katanya. (*)
[divider][/divider]
*Tulisan ini telah terbit di Tabloid Profesi edisi 224