
PROFESI-UNM.COM – Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) merupakan program baru yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Layanan Bimbingan Konseling (LBK) Universitas Negeri Makassar (UNM). Mengusung tema “Analisis Kebutuhan dan Layanan Mahasiswa Difabel di Perguruan Tinggi”, diskusi ini mempertemukan para mahasiswa difabel untuk membagikan cerita, pengalaman, dan keluhan selama berkuliah di UNM.
Rangkaian kegiatan DKT meliputi, pembukaan yang diisi dengan doa bersama dan sambutan dari kepala UPT LBK UNM, dan Ketua Panitia, Nurul Mutahara. Acara dilanjutkan dengan penyampaian materi serta sharing session bersama Nur Syarif Ramadhan yang juga seorang difabel alumni jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FIS-H) UNM dan saat ini menjabat sebagai ketua yayasan Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (PerDIK).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Setelah itu, masuklah ke acara inti yaitu diskusi kelompok yang dilakukan oleh peserta. Pada diskusi ini, peserta dibagi sesuai dengan kekurangan yang dimiliki (difabel fisik, tunanetra, dan tunarungu). Masing-masing kelompok berdiskusi tentang tantangan, masalah, dan keluhan yang dialami di kampus. Setelah mereka berdiskusi, dilakukan presentasi oleh masing-masing perwakilan kelompok. Setiap keluhan yang disampaikan akan ditampung oleh pihak penyelenggara DKT yang selanjutnya akan disampaikan ke petinggi UNM dalam hal ini Wakil Rektor II Bidang Umum dan Keuangan (WR II), Karta Jayadi.
Kepala UPT LBK UNM, Farida Aryani dalam sambutannya mengatakan kegiatan tersebut bertujuan untuk membuka kebebasan para mahasiswa difabel dalam menyampaikan segala tantangan dan persoalan-persoalan yang mereka alami, agar dapat dikomunikasikan dengan pimpinan.
“Kita berdiskusi soal banyak hal, tentang pengalaman, hambatan, ataupun persoalan perkuliahan yang kalian alami, entah itu masalah pribadi, perihal dosen, tugas kuliah, dan yang pasti sarana dan prasarana kampus kita. Selanjutnya, apa yang kita dapatkan dari diskusi ini akan kami rekomendasikan ke pimpinan untuk kita cari solusinya,” tuturnya.
Salah satu mahasiswa tunanetra yang hadir, Yoga Irga Dewa merasa senang dengan adanya kegiatan tersebut. Sebab, mahasiswa difabel berhasil menyuarakan segala hal yang dialami selama kuliah. Ia berharap agar diskusi yang telah dilakukan mampu membawa dampak baik bagi kegiatan perkuliahan mahasiswa difabel.
“Dari awal dengar bakal ada diskusi begini ya excited lah. Mahasiswa difabel kayak saya bisa keluarkan keluh kesah. Saya harap hasil dari kegiatan ini benar-benar sampai dan ditanggapi oleh petinggi UNM, karena sedari dulu mahasiswa difabel UNM mengalami kesulitan, apalagi dari segi aksesibilitas,” ucapnya. (*)
*Reporter: Elsa Amelia / Editor: Iyasnur Eynil