PROFESI-UNM.COM – Salah satu massa aksi Aliansi Mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM), Fazrinul mengatakan presiden selalu membandingkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia dengan di luar negeri. Padahal, ketika meninjau kemampuan finansial, Indonesia terbilang memiliki penghasilan yang lebih rendah.
“Masyarakat di luar negeri itu memiliki finansial melebihi Indonesia, di mana rata-rata penghasilannya di atas 26 juta rupiah, akan tetapi di Indonesia penghasilannya hanya sekitar 3-4 juta rupiah” tutur mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan itu.
Mahasiswa yang akrab disapa Fazri ini menerangkan, presiden juga menyatakan bahwa 80% elemen bersubsidi dinikmati masyarakat menengah ke atas. Hal ini menurutnya justru bentuk kecacatan berpikir, sebab masyarakat menengah ke bawah yang terkena imbasnya.
“BBM merupakan suatu kebutuhan primer. Apabila BBM naik maka kebutuhan pokok pun juga ikut naik” tambahnya.
Fazri mengatakan, masyarakat saat ini sedang kesusahan dalam finansial. Namun, pemerintah seolah menutup mata akan hal tersebut.
“Jikalau apa yang menjadi aspirasi mahasiswa tidak diindahkan pemerintah, yakin bahwa aliansi akan menggelar aksi yang lebih besar lagi” tegasnya.
Mahasiswa asal Sinjai ini termotivasi untuk mengikuti aksi demonstrasi sebab pemerintah belum terlihat akan menurunkan harga BBM. Fazri berharap, seluruh elemen yang ada di negeri ini turun unjuk rasa, agar pemerintah mengetahui kesungguhan masyarakat dan akhirnya menurunkan harga BBM.
Aksi penolakan kenaikan Harga BBM ini digelar di jalan A.P. Pettarani di depan Menara Pinisi UNM, Jumat (9/9) pukul 14.00 sampai selesai. Aksi ini diikuti beberapa lembaga kemahasiswaan dengan jumlah sekitar 400 massa aksi. (*)
*Reporter: Firmansyah/Editor: Mujahidah