PROFESI-UNM.COM – Mahasiswa Program Magang MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) Universitas Negeri Makassar (UNM) bekerja sama dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Benih Ikan (BBI) Parang Tambung Dinas Perikanan dan Pertanian Kota Makassar. Kerja sama ini berupa uji coba pembuatan dan pengaplikasian pupuk granul organik berbasis maggot frass pada tanaman sayuran di Instalasi Akuaponik UPT BBI Parang Tambung, Selasa (13/6).
Pupuk granul organik ini diharapkan dapat menjadi solusi ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam meningkatkan produktivitas tanaman. Uji coba dilakukan di instalasi kolam akuaponik ikan lele, yang merupakan sistem gabungan antara pertanian akuakultur (budi daya ikan) dengan hidroponik (budi daya tanaman air).
Pada uji coba ini, pupuk granul organik berbasis maggot frass digunakan sebagai nutrisi tambahan pada tanaman sayuran dalam sistem akuaponik. Metode ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi penggunaan pupuk organik yang ramah lingkungan dalam meningkatkan produksi tanaman sayuran dalam sistem akuaponik.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Baso Arya Fatahillah, sebagai perwakilan mahasiswa UNM program magang industri (MBKM), mengatakan kegiatan ini sejalan dengan visi Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang mendorong mahasiswa untuk berkontribusi langsung dalam pengembangan masyarakat melalui penelitian dan praktik lapangan.
“Semua mahasiswa UNM Program Magang MBKM sangat antusias dan aktif terlibat dalam setiap tahapan kegiatan ini, mulai dari budi daya maggot BSF hingga pembuatan pupuk granul organik berbasis maggot frass dan pengaplikasiannya pada tanaman sayuran dalam sistem akuaponik,” ucapnya.
Mahasiswa angkatan 2020 itu juga menambahkan, terdapat pengaruh positif dari hasil uji coba yang dilakukan. Penggunaan pupuk granul organik berbahan dasar maggot BSF frass memberikan dampak positif pada pertumbuhan dan produktivitas tanaman sayuran pada media akuaponik.
“Tanaman sayuran yang diberikan pupuk ini mengalami peningkatan pertumbuhan yang signifikan, dengan daun yang lebih hijau dan ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi pupuk,” pungkasnya.
Mustakim selaku Kepala UPT BBI Parang Tambung memberikan apresiasi atas kolaborasi yang baik antara instansi pemerintah dan institusi pendidikan, khususnya perguruan tinggi, dalam pengembangan dan pemanfaatan pupuk granul organik berbasis maggot frass.
“Uji coba ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara institusi pendidikan dan instansi pemerintah dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat dalam pengembangan sektor perikanan dan pertanian yang berkelanjutan di masa depan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Patang selaku dosen pembimbing mahasiswa UNM Program Magang MBKM mengungkapkan pupuk granul organik berbasis maggot frass memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai pupuk organik alternatif yang efektif dan berkelanjutan.
“Dalam jangka panjang, penggunaan pupuk organik ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan petani pada penggunaan pupuk kimia yang berpotensi merusak lingkungan dan kesehatan manusia. Selain itu, pupuk organik juga membantu meningkatkan kesuburan tanah dan menjaga keseimbangan ekosistem di sekitar lahan pertanian,” jelasnya.
Ia berharap penelitian lanjutan ini dapat menjadi dasar untuk pengembangan lebih lanjut dalam pengaplikasian pupuk organik pada sistem akuaponik maupun pertanian konvensional. Sehingga penggunaan pupuk organik berbasis maggot BSF frass ini dapat menjadi solusi yang dapat diterapkan secara luas untuk meningkatkan keberlanjutan dan produktivitas pertanian di masa depan.
“Saya berharap masyarakat dan pemangku kepentingan pertanian dapat mengadopsi penggunaan pupuk granul organik berbasis maggot BSF frass sebagai solusi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” harapnya. (*)
*Reporter: Mujahidah