Bulan April kemarin, baru saja kita telah saksikan Prof. Dr. Husain Syam, M.Tp, kembali lagi mengisi jabatan Rektor Universitas Negeri Makassar untuk empat tahun ke depan. Keunggulan telak diperoleh Prof. Husain melalui e-voting dengan mendapatkan 95 suara, sedangkan dua kandidat lainnya tidak mendapatkan suara.
Tentunya hal tersebut tidaklah mengejutkan lantaran sudah diprediksi bahwa Prof. Husain akan kembali mengisi posisi rektor UNM. Berbagai prediksi telah menempatkan Prof. Husain sebagai yang teratas dalam perebutan kursi nomor satu di UNM.
Di lain sisi, tepat pada bulan April, El Profesor juga kembali beraksi dalam serial Money Heist. Money Heist yang memasuki season ke empat ini telah memikat hati jutaan penonton berkat aksi-aksi cerdas nan menegangkan yang ditampilkan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Money Heist sendiri berkisah tentang sekelompok orang yang dipimpin oleh El Profesor untuk merampok bank di Spanyol. Sejak dirilis tahun 2017, Money Heist telah ditayangkan di berbagai negara di dunia dan menjadi salah satu serial terbaik yang pernah ada.
Salah satu sosok penggerak aksi perampokan bank ini tentunya El Profesor. Sosoknya yang jenius, teliti, adil dan peka telah berhasil memimpin perampokan The Royal Mint of Spain. Kemampuan El Profesor kembali di uji dalam memimpin kelompoknya merampok Bank of Spain.
Tentunya kemampuan El Profesor memimpin dapat diterapkan dalam konteks kekinian. Ada beberapa hal yang dapat menjadi refleksi kepemimpinan ala El Profesor yang dapat dipelajari oleh Prof Husain selaku pemimpin dari kelompoknya juga, Universitas Negeri Makassar.
Mau Mendengarkan
Salah satu kunci keberhasilan El Profesor karena selalu bersedia mendengarkan. Dalam kondisi dan situasi apapun yang dihadapi, El Profesor selalu mendengarkan. Pada salah satu adegan saat Palermo di kudeta oleh Tokyo, Tokyo menghubungi El Profesor dan menjelaskan alasan melakukan kudeta itu. Sekalipun saat masa-masa kritis El Profesor tetap tenang, mendengar dan pada akhirnya menerima keputusan Tokyo.
Hal ini patut dicontoh oleh Prof. Husain terlebih dalam konteks mahasiswa. Apalagi iklim berpendapat secara lantang masih kental dalam budaya mahasiswa. Suara hidup mahasiswa masih sering dijumpai.
Universitas Negeri Makassar sudah terkenal karena aksi-aksi demonstrasi, kampanye dan dialog yang dilakukan oleh mahasiswanya. Bukan tanpa sebab, hal itu dikarenakan terjadi ketimpangan kebijakan yang menyasar mahasiswa khususnya yang menyangkut persoalan biaya pendidikan.
Tak dapat dipungkiri bahwa biaya pendidikan di Sulawesi Selatan merupakan salah satu yang tertinggi di Indonesia. Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik, biaya pendidikan tinggi di Sulawesi Selatan tahun 2019 sebesar Rp. 20,5 juta, jauh diatas rerata nasional sebesar Rp. 15,3 juta. Universitas Negeri Makassar sendiri berdasarkan kajian dari BEM UNM mengungkap kenaikan biaya pendidikan dari 2013 hingga 2018 mencapai 7-8 persen.
Naiknya biaya pendidikan berembes pada masalah seperti sarana dan prasarana kampus, profesionalitas tenaga pendidik dan pegawai, akademik hingga kegiatan pengembangan sumber daya mahasiswa. Berbagai permasalahan yang selalu diangkat oleh mahasiswa harusnya mampu didengar dan tentunya ada solusi yang dimunculkan oleh pimpinan kampus.
Kreatif dan Inovatif
El Profesor terkenal karena selangkah lebih maju dan matang dalam melakukan perencanaan. El Profesor tahu memanfaatkan situasi dan potensi di sekitarnya untuk berkembang. El Profesor juga mampu melakukan improvisasi agar rencananya dapat berjalan dengan baik.
Salah satu masalah yang dihadapi Universitas Negeri Makassar yakni masih kurangnya inovasi dari pengajar-pengajarnya. Indikator inovasi sendiri dapat dilihat dari publikasi ilmiah yang telah dilakukan. Sayangnya, UNM merupakan salah satu kampus yang masih minim dalam publikasi ilmiah.
Berdasarkan rilis dari LPM Profesi tahun 2018, dari sebanyak 82 guru besar UNM 38 diantaranya belum mampu menerbitkan publikasi yang terindeks scopus. Bahkan tahun 2018, terdapat 11 guru besar yang belum terdaftar di SINTA. Secara nasional, per 1 Mei 2020 UNM berada pada peringkat 62 untuk publikasi ilmiah berdasarkan rilis SINTA.
Hal ini tentunya menjadi pekerjaan rumah Prof. Husain guna meningkatkan publikasi serta menaikkan peringkat UNM secara nasional. Layaknya El Profesor yang mampu memanfaatkan pemerintah dan orang sekitarnya dalam mengetahui strateginya, sehingga rencana El Profesor dapat berlajan dengan baik. Prof. Husain seyogyanya mampu melihat segala potensi yang ada, memanfaatkan hubungan ke lembaga-lembaga terkait guna menguatkan publikasi ilmiah.
Berkeadilan Gender
El Profesor selalu memberikan ruang kepada siapa saja dalam memimpin timnya yang berada di Bank. Hal ini membuat pemimpin tidak didominasi laki-laki. El Profesor memberikan ruang kepada perempuan untuk memimpin. El Profesor pun juga tidak memandang usia dalam memberikan kepercayaan memimpin timnya di dalam Bank.
Tercatat Tokyo dan Nairobi pernah memimpin menggantikan Berlin dan Palermo. Tokyo dan Nairobi sendiri merupakan perempuan dan usianya lebih muda dibanding Berlin dan Palermo. Bahkan, rekrutan terbaruya, yakni Lisbon yang notabene kekasih El Profesor dipercaya untuk memimpin bersamanya.
Hal ini tentu menarik dalam konteks struktur yang ada di UNM. Pada periode pertama, sangat sedikit ruang bagi perempuan untuk memimpin. Belum lagi jika melihat usia, tidak memberikan banyak kesempatan kepada usia muda dalam memimpin. Seyognyanya jabatan-jabatan strategis, teknis dan fungsional selain melihat kinerja, juga melihat aspek keadilan gender.
Peka
Keunggulan Money Heist yang selain menampilkan sisi kejeniusan dan aksi mendebarkan, turut banyak menampilkan kepekaan sosialnya. Salah satu adegan yang menarik sisi kepekaan El Profesor yakni royal membagikan uang hasil kerja bersama timnya. Tak tanggung-tanggung, 140 juta euro dibagikan dalam sehari.
Terkait konteks kepemimpinan Prof. Husain, seyogyanya jeli dan peka melihat kondisi mahasiswanya terutama pada kondisi kemampuan ekonomi dalam melanjutkan pendidikan. Perlu diketahui Indonesia pada tahun 2018 berdasarkan data dari Kemenristekdkti mengungkap sebanyak 245.810 dari 8.043.480 mahasiswa memutuskan berhenti kuliah. Studi pemodelan faktor yang dilakukan oleh Khoirunnisak dan Iriawan mengungkap penghasilan orang tua yang rendah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan mahasiswa memilih berhenti kuliah.
Mahasiswa UNM sendiri beberapa kali dalam aksinya selalu menuntut kemudahan dalam akses peninjauan biaya pendidikan. Setiap konsolidasi keluhan mahasiswa yakni akses peninjauan kembali yang sulit didapatkan diutarakan. Di arahkan kesana-sini, yang didapatkan hanya janji hingga tiba masuk pembayaran semester berikutnya.
Seyogyanya kepemimpinan Prof. Husain dapat mengakomodir mahasiswa yang memiliki masalah finansial dalam akses pendidikan. Pemberian intensif juga perlu dilakukan bagi mahasiswa yang membawa nama baik Universitas, baik dari ajang olahraga, seni, penelitian, hingga literasi. Hal tersebut setidaknya memberikan semangat mahasiswa untuk berkayarya dan intensif tersebut dapat digunakan untuk keperluan pendidikannya.
Besar harapan penulis agar kepemimpinan Prof. Husain dapat berjalan dengan baik, demokratis dan berkeadilan. Nilai-nilai kepemimpinan ala El Profesor dalam memimpin kelompoknya patut dinternalisasi hingga menjadi langkah menahkodai Pinisi hingga empat tahun ke depan.
Bella Ciao. (*)
*Penulis adalah Muh. Risky, mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Makassar angkatan 2014.