PROFESI-UNM.COM – Self-harm atau melukai diri sendiri adalah tindakan menyakiti tubuh secara sengaja, yang sering kali menjadi bentuk pelampiasan atas rasa sakit emosional, tekanan psikologis, atau ketidakmampuan mengungkapkan perasaan.
Meskipun kerap disalahpahami sebagai bentuk pencarian perhatian, kenyataannya self-harm sering kali menjadi gejala dari gangguan kesehatan mental seperti depresi, gangguan kecemasan, borderline personality disorder (BPD), atau trauma masa lalu. Bagi banyak orang yang melakukannya, self-harm menjadi semacam mekanisme koping untuk mengendalikan emosi yang terasa berlebihan atau tak tertahankan.
Menghentikan kebiasaan ini memang bukan proses yang mudah, tetapi sangat memungkinkan dengan pendekatan yang tepat dan dukungan yang memadai.
Langkah pertama adalah dengan mengenali pemicu yang mendorong seseorang untuk menyakiti diri. Pemicu ini bisa berupa perasaan ditolak, marah, kesepian, atau tidak berdaya. Dengan mencatat emosi dan situasi yang muncul sebelum keinginan untuk melukai diri muncul, seseorang bisa mulai memahami pola pikir dan perilaku yang berulang. Setelah mengenali pemicu, penting untuk mencoba mengganti kebiasaan self-harm dengan cara lain yang lebih sehat dalam mengelola emosi.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Beberapa orang merasa terbantu dengan menulis atau menggambar, meremas es batu sebagai cara meredakan dorongan fisik, atau melakukan teknik pernapasan dan grounding untuk menenangkan diri.
Dukungan sosial juga memegang peran penting dalam proses pemulihan. Membuka diri kepada teman, anggota keluarga, atau konselor dapat meringankan beban psikologis dan mengurangi rasa terasing.
Jika sulit berbicara secara langsung, menulis pesan atau berbagi cerita melalui platform yang aman bisa menjadi alternatif awal yang efektif. Selain itu, bantuan profesional sangat disarankan bagi mereka yang mengalami self-harm. Terapi psikologis seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) telah terbukti efektif dalam membantu seseorang memahami akar permasalahan dan membangun strategi koping yang sehat.
Jika diperlukan, psikiater juga dapat memberikan penanganan medis seperti obat-obatan untuk mengatasi gangguan mental yang mendasari perilaku tersebut.
Dalam proses berhenti melakukan self-harm, penting untuk tidak menyalahkan diri sendiri jika mengalami kemunduran. Rasa bersalah dan kecewa kerap muncul, tetapi yang utama adalah terus melangkah maju dan fokus pada proses penyembuhan.
Membuat lingkungan yang lebih aman, seperti menjauhkan benda-benda tajam atau alat yang bisa digunakan untuk menyakiti diri, juga menjadi bagian penting dari perlindungan diri. Seseorang juga dapat menyusun rencana darurat yang berisi langkah-langkah yang bisa dilakukan saat dorongan untuk self-harm muncul, seperti menghubungi orang tertentu, melakukan aktivitas yang menenangkan, atau menuliskan perasaan dalam jurnal.
Perlu diingat bahwa self-harm adalah sinyal bahwa seseorang sedang sangat kesulitan secara emosional dan psikologis.
Tidak ada yang salah dengan meminta pertolongan. Justru, mencari bantuan adalah langkah berani dan penting dalam perjalanan menuju pemulihan. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal sedang mengalami krisis, segera cari bantuan dari tenaga profesional atau layanan kesehatan jiwa terdekat.(*)
*Reporter: Novita Febriyanti