PROFESI-UNM.COM – Hakikat mengajar bukanlah sekedar menyampaikan informasi kepada orang lain, akan tetapi ialah usaha mempengaruhi orang lain menjadi lebih positif. Berbicara mengenai tugas guru-guru maka Crow & Crow (American Book Company) 1948 mengungkapkan 5 peranan pokok seorang guru:
1. Mengarahkan dan membimbing belajar murid-muridnya.
Dalam hal ini guru mengusahakan gangguan-gangguan yang timbul di lingkungan murid-murid dapat dihindarkan. Guru kemudian menciptakan suasana belajar yang kondusif, mantap, dan bertujuan. Guru hendaknya menguasai mata pelajaran dan metode mengajar yang sesuai dengan suasana, dan menciptakan kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kelas, dapat memotivasi murid mereka bisa belajar dengan giat.
2. Guru dapat merangsang murid sehingga menerbitkan minat belajar di kalangan murid.
Dengan timbulnya minat belajar, maka mereka termotivasi untuk rajin belajar dan timbul semangat bersaing di antara murid. Jika ada murid yang lemah dalam belajar harus diselidiki apakah dia tidak mempunyai waktu untuk belajar di rumah, maka guru harus membimbing mereka yang lemah agar bisa mengikuti teman-temannya yang lain.
3. Membantu mengembangkan sikap-sikap yang positif pada murid- murid, dan menghilangkan sikap-sikap yang negatif pada dirinya. Pengembangan sikap-sikap positif bisa dilakukan guru dengan memberikan pujian bila murid berhasil melakukan perbuatan positif misalnya dapat menjawab soal dengan baik, dapat berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan sopan, dapat membantu teman yang kesulitan atau mendapat musibah, dan sebagainya. Adapun sikap-sikap dan perilaku negatif harus dihilangkan dengan mendiamkan jika dia salah, dan atau menegurnya. Sikap negatif misalnya mengejek teman yang mengalami kesulitan misalnya tidak bisa menjawab soal, kesulitan dalam bicara seperti gagap atau suaranya kurang baik, pakaiannya tidak baik karena dia orang miskin, atau rupanya yang tidak cantik, dan sebagainya. Dalam hal ini guru tidak boleh mendiamkan anak yang suka mengejek, sombong, dan bicara kasar. Kadang-kadang sikap negatif yang terjadi pada anak didik adalah merupakan pantulan dari sikap guru yang negatif.
4. Memperbaiki cara-cara mengajar dengan mempelajari metodik dan didaktik pengajaran. Di dalam mengajar tidak boleh guru- guru melupakan beberapa hal sebagai berikut:
a. Hubungan antara kematangan anak dengan belajarnya. Hal ini menyangkut penyesuaian materi dan metode dengan anak Misalnya murid-murid kelas II SD tidak pantas guru menceritakan peristiwa orang dewasa kepadanya seperti kejadian-kejadian politik akhir-akhir ini.
b. Untuk murid yang telah dewasa, maka ceritera guru hendaklah yang berhubungan dengan pendekatan ilmiah, logis, dan sistematis. Artinya, murid-murid dewasa diajak kepada nilai akurat dengan penuh perhitungan dan sistematik.
c. Pendekatan psikologi, suatu pendekatan yang mempertim bangkan aspek-aspek kejiwaan murid. Di atas telah disinggung tentang menyesuaikan materi pelajaran dengan kondisi kejiwaan dan usia murid. Karena hal ini amat berhubungan dengan kesiapan murid dan mudah untuk mengikuti pelajaran. Disamping itu guru juga harus mempertimbangkan latar belakang kehidupan murid masing-masing.
5. Guru hendaknya mengenal kualitas pribadinya (kekurangan dan kelebihannya).
Adanya guru-guru yang mengikuti sertifikasi tingkat S1 di seluruh Indonesia adalah dalam rangka meningkatkan kualitas pribadinya baik dalam ilmu pengetahuan maupun kualitas pribadinya. Dengan berijazah S1 kepercayaan diri guru itu naik meningkat, dan akan rajin membaca buku, koran, dan majalah, sehingga secara tak sengaja ilmu dan pemahaman tentang manusia makin meningkat. Apalagi telah banyak guru SD, SMP, dan SMA yang telah berpendidikan S2 baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kualitas pribadi guru tercakup dalam tiga hal: Pertama, guru harus memiliki kecakapan yang tinggi. Kedua, tajam matanya dalam memperhatikan situasi yang timbul. Ketiga, memiliki kemampuan dalam hubungan sosial dengan baik.
Dari penjelasan Cros & Crow di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah belajar mengajar merupakan interaksi yang erat sekali. Antara guru sebagai pengajar dan murid sebagai pelajar, hendaklah terjalin hubungan yang emosional dan penuh kasih sayang. Ada pepatah mengatakan bahwa guru adalah orang tua kedua setelah orang tua pertama di rumah.
Tulisan ini dikutip dari buku Psikologi Pendidikan oleh Prof. Dr. Sofyan S. Willis halaman 86-89 cetakan 2013, diterbitkan oleh penerbit Alfabeta di Bandung. (*)
*Reporter: Nur Arrum Suci Katili