PROFESI-UNM.COM – Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka adalah program yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang bertujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan untuk bekal memasuki dunia kerja. Dengan program ini, mahasiswa diberi kesempatan langsung untuk bisa merasakan seperti apa dunia kerja. Dibalik segala keuntungannya yang ditawarkan dalam program MBKM ternyata berdampak pada menurunnya aktivis kampus.
Menurunnya aktivis kampus bisa dilihat dari berkurangnya minat berlembaga. Banyak dari mahasiswa lebih memilih ikut dalam program MBKM dibanding berkecimpung dalam kelembagaan kampus.
Menurut Guntur Gagairate Anwar, Presiden BEM Universitas Negeri Makassar, fenomena menurunnya aktivis kampus disebabkan oleh beberapa faktor seperti pergerakan mahasiswa yang mulai beragam, steriotipe buruk tentang aktivis kampus, dan tidak adanya karya nyata yang dapat dijadikan pertimbangan untuk bergabung menjadi aktivis kampus.
“Sekarang beda dengan aktivis 90an yang semua pergerakannya ada di jalan,” jelasnya.
Ia juga berpendapat bahwa jika program MBKM dibandingkan dengan lembaga kampus, maka jelas mahasiswa akan lebih memilih program MBKM dengan segala keuntungan yang ditawarkan seperti konversi 20 sks dan uang saku.
“Sudah jelas semua mahasiswa menginginkan itu,” ungkapnya.
Namun, ia menambahkan bahwa program MBKM ini sebenarnya punya kekurangan dan kelebihan bagi mahasiswa. Kelebihannya adalah program ini ideal diperuntukkan bagi mahasiswa di semester akhir karena mereka telah melewati jenjang keilmuan yang memang sudah siap untuk melakukan pengaplikasian ilmu yang mereka dapatkan selama perkuliahan.
“Program MBKM ini positif bagi mahasiswa semester akhir,” ujarnya.
Jika dibandingkan dengan mahasiswa semester awal yang ikut dalam program MBKM, ia menuturkan bahwa sebenarnya mereka belum siap untuk terjun langsung ke dunia kerja karena belum melewati jenjang keilmuan yang sekiranya diperlukan dalam dunia kerja.
“Tidak ada proses dialektika antara seorang pengajar dengan peserta didik karena belum mendapatkan ilmu yang sekiranya diperlukan di lapangan,” tuturnya.
Lebih lanjut, berdasarkan dari beberapa faktor pendukung menurunnya aktivis kampus, ia berpendapat bahwa upaya yang bisa dilakukan dalam menangani fenomena ini adalah dengan memberikan bukti karya nyata bagi lembaga kemahasiswaan dan kampus.
“Memberikan karya yang lebih baik bagi lembaga dan kampus,” tambahnya. (*)
*Reporter: Nur Insani Sakinah