PROFESI-UNM.COM – Himpunan Mahasiswa (Hima) Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Makassar (UNM) mengasah kesadaran dan kepekaan terhadap problematika gender kepada mahasiswa baru (Maba) melalui Sekolah Gender. Kegiatan ini dilakukan di Kampus UNM Gunung Sari, Gedung Flamboyan BE 103 (15-17/11).
Koordinator stering, Anggraini Rizke Mamahe mengatakan sekolah gender merupakan program kerja dari bidang keperempuanan yang bertujuan agar kawan-kawan manifesto/ maba 2019 sosiologi mampu menganalisa tentang problematika yang terjadi dalam masyarakat yang berkaitan dengan gender.
“Dimana ada beberapa turunan materi yang diberikan terkait kondisi atau problem gender saat ini, salah satunya posisi perempuan dalam hukum di Indonesia, faktor penghambat kesetaraan dan masih banyak lagi,”
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Tema yang diangkat “Mengasah Kesadaran dan Kepekaan Terhadap Problematika Gender” artinya bagaimana kegiatan ini menyadarkan mahasiswa baru untuk lebih mengetahui problematika gender yang terjadi sekarang. Banyak masalah yang terjadi tanpa disadari baik dari segi domestik maupu publik.
Sekretaris bidang keperempuanan, Armita Septiana Darwis mengatakan kegiatan ini penting sekali dilaksanakan, apalagi di era sekarang tanpa disadari banyak problematika yang terjadi. Dan program kerja (proker) ini akan akan ada follow up nya untuk mahasiswa baru, bagaimana mereka mengaplikasikan apa yang mereka dapat selama sekolah gender
Rini Ajeng Dyah Pertiwi, peserta dari kegiatan ini sangat antusias berpartispasi, karena menurutnya tema yang diangkat sesuai dengan kondisi mereka yang sekarang.
“Karna sebelum adanya sekolah gender, masih banyak dari kita terkhusus para maba masih belum sadar terhadap problematika gender yang tengah berada disekitar kita, mungkin bisa saja hal yg sudah kita anggap lumrah justru itulah yg menjadi permasalahan gender sekarang,” katanya
Lebih lanjut Ia mangatakan banyak ilmu baru yang didapatkan setelah mengikuti sekolah gender ini. Dimana sebelumnya Ia belum mengenal lima jenis kelamin yang ada di Sulawesi Selatan, sejarah pergerakan perempuan yang lebih spesifiknya itu sejarah dari eropa, kemudian tentang kekerasan terhadap perempuan yang di publikasikan oleh media, dimana hal yang biasa di anggap privasi justru dipublikasikan melalui media, melalui dengan kegiatan ini banyak ilmu baru yang didapatnya
Tidak hanya penerimaan materi, sebelum sarapan ada pemutaran video pendek mengenai beban kerja yang memperlihatkan adanya peran ganda yang dilakukan di publik dan domestik oleh perempuan. Selain itu, juga ada games. Dimana empat orang maba berusaha meletuskan balon yang sudah di pungguggnya masing-masing, karena didalam balon itu sudah ada pertanyaan seputar tema.
Ajeng sapaan akrabanya, berharap dengan diadakannya sekolah gender ini tidak ada lagi terjadi yang namanya kesalah pahaman dalam konteks gender, karena laki-laki dan perempuan itu sama, yang jadi pembeda hanya alat kelaminnya saja. Dan tidak ada stereotipe.
“Dimana laki-laki itu lebih kuat daripada perempuan ataupun sebaliknya, dan yang terakhir saya harap dengan sekolah gender ini timbul kesadaran dari kami semua untuk meminimalisasikan yg namanya pelecehan, dan kekerasan” harapnya
Adapun jumlah total peserta yang ikut pada hari ini sebanyak 63 orang.
*Reporter: Nur Fazila