
PROFESI-UNM.COM – Dinding kusam dan berlumut serta plafon berlubang. Seperti itulah tampilan sejumlah gedung di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNM. Kendati menjadi lumbung atlet, sarana di fakultas tersebut seolah tak mendapat perhatian.
Tak bisa dipungkiri, sejumlah prestasi berhasil ditorehkan oleh mahasiswa FIK, mulai dari kancah lokal hingga internasional. Akhir tahun lalu, tim futsal UNM berhasil menjuarai turnamen futsal se-Asia Tenggara di Malaysia.
Sejumlah mahasiswa FIK juga berhasil menyabet medali pada Pekan Olahraga Nasional 2016 lalu di Bandung. Namun, fasilitas yang semestinya menjadi penunjang dalam perkuliahan di kampus Banta-bantaeng ini masih dinilai minim. Hal tersebut menjadi keluhan sejumlah mahasiswa, di antaranya Ketua himpunan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi SD FIK, Nur Alim.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia mengeluhkan gedung senam yang tak layak pakai dan tak mendapat perhatian dari birokrasi kampus. “Plafonnya di atas sudah bolong, banyak yang rusak. Mungkin ini salah satu gedung yang letaknya agak jauh makanya kurang dikontrol dan diperhatikan,” keluhnya.
Bangunan gedung senam dibangun sejak 1996 itu tampak tak terawat. Dari luar perwajahannya kusam dan plafon telah beterbangan terbawa angin. Sementara kondisi dalam ruangan dipenuhi kayu lapuk reruntuhan jendela. Hal serupa juga tampak pada lapangan sepak bola.
Lapangan seluas 935 meter persegi itu terlihat tak pernah lagi tersentuh bola dan tergesek sepatu. Temboknya yang kokoh dipenuhi dengan lumut dan jamur. Di musim penghujan saat ini, jamur makin bertumbuh subur. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Putra Renaldi Sari menilai, hal tersebut dapat mengganggu keefektifan dalam melatih bakat di bidang olahraga.
Selain itu juga berdampak pada kesehatan dan keselamatan. Ia mengatakan, kondisi tersebut tak mencerminkan citra sebagai kampus pencetak atlet. “Itu stadion sepak bola tidak ada sekali perawatannya. Temboknya tidak pernah dicat, rumputnyatinggi, bisa-bisa orang jatuh kalau main disitu,” keluhnya.
Pun halnya dengan lapangan panahan yang bersebelahan dengan stadion sepak bola. Nyaris tak bisa dikenali. Rerumputan bak beradu tinggi, ditambah lagi tumpukan bebatuan yang kadang menghalangi jalan.
“FIK tak punya tukang bersihbersih khusus. Itu makanya seperti ini. Kami masuk di sini tidak gratis, kami pun tentu menuntut hak, salah satunya kesejahteraan,” sesal ketua BKMF Bulutangkis periode 2015/2016 ini.
Bukan hanya sarana dalam beraktivitas di bidang olahraga, ruang seminar pun memiliki nasib sama. Jendela ruangan itu sudah tak ada yang utuh, pecah nan berantakan. Ruangan tersebut pun tak dilengkapi dengan alat pendingin. Padahaltempat itu masih digunakan ketika berlangsung perkuliahan, rapat, dan seminar.
Sementara itu saat dikonfirmasi, Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan (PD II) FIK, Hasmiati tak mau berkomentar. “Saya tak mau ditanya terkait apapun,” tegasnya.
Secara terpisah, Dekan FIK, Andi Ihsan mengatakan, kondisi gedung yang tak terurus sudah demikian sejak kedatangannya di fakultas tersebut. “Kita berada di lingkungan masyarakat yang sangat heterogen sekali. Itukan peninggalan, sekarang belum bisa dibenahi karena anggaran tahun ini belum cair,” dalihnya. (tim)
*Tulisan ini terbit di Tabloid Profesi Edisi 210