PROFESI-UNM.COM – Bagi banyak mahasiswa, kelas jam 7 pagi bukan sekadar jadwal, tapi ujian mental dan fisik. Ketika alarm sudah berbunyi sejak Subuh tapi kasur terasa lebih menarik dari ruang kuliah, dimulailah drama perjuangan harian yang penuh dilema.
Tak sedikit mahasiswa yang datang dengan wajah belum sepenuhnya sadar, rambut acak-acakan, bahkan masih sarapan sambil duduk di bangku belakang. Ada pula yang ikut kelas via Zoom dari balik selimut dengan kamera mati dan mikrofon bisu.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Fenomena ini bukan semata karena malas. Banyak mahasiswa tidur larut akibat tugas menumpuk, aktivitas organisasi, atau justru terlalu lelah usai kerja sampingan. Akhirnya, jadwal pagi yang mestinya produktif justru jadi sesi bertahan dari rasa kantuk.
Beberapa dosen mencoba memberi solusi dengan memberikan materi yang lebih interaktif di pagi hari agar mahasiswa tetap terjaga. Ada pula yang membolehkan sedikit kelonggaran selama tidak mengganggu kelas, misalnya datang agak terlambat asalkan tetap mengikuti materi.
Antara Ilmu dan Kantuk Abadi
Mahasiswa pun mulai mencari trik agar bisa survive di kelas pagi, mulai dari minum kopi sebelum berangkat, mandi air dingin, sampai duduk di barisan depan supaya tidak tergoda tidur. Tapi tetap saja, bagi sebagian orang, tantangan terbesar adalah “berpisah dari kasur di saat paling nyaman”.
Meski terasa berat, kelas pagi sebenarnya bisa melatih kedisiplinan dan manajemen waktu. Yang penting bukan sekadar hadir secara fisik, tapi juga siap secara mental. Karena ilmu tak akan masuk kalau tubuh masih setengah tidur.
Bagi sebagian mahasiswa, menjadikan kelas pagi sebagai rutinitas butuh adaptasi bertahap. Mulai dari mengatur jam tidur lebih awal, menyusun to-do list malam sebelumnya, hingga memilih outfit praktis agar pagi hari tidak tergesa-gesa.
Meski penuh perjuangan, kelas jam 7 pagi tetap punya nilai tersendiri. Jalanan kampus yang masih sepi, udara yang segar, dan kesempatan menyerap materi lebih awal jadi kelebihan yang tak dimiliki kelas siang. Tinggal bagaimana mahasiswa bisa berdamai dengan kantuk, demi ilmu yang menanti. (*)
*Reporter: Nur Mardatillah