PROFESI-UNM.COM – Selamat datang di kampus impianmu wahai kalian generasi baru yang akan menyandang status sebagai “Mahasiswa”, sedikit saya refleksi tentang hakikat seorang menjadi mahasiswa. Bahwa di tahun ajaran baru kali ini kalian telah bergabung dalam satu kelompok yang memiliki tanggung jawab besar untuk merawat masyarakat, tanggung jawab untuk mengamalkan Agama yang dianut dan tanggung jawab untuk mempertahankan Kemerdekaan NKRI. Menjadi mahasiswa memiliki beberapa fungsi, diantara sebagai agent of change (perubahan) dan sosial of course (kontrol sosial), sebagaimana Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian. Untuk menciptakan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT.
Perlu kalian ketahui sejarah perjuangan dan pergerakan mahasiswa sebagai mahasiswa baru, sebab para aktivis pendahulu kita memiliki berlapis-lapis sejarah yang pernah mengusir para kolonialisme dibangsa ini dan pernah juga mengguncangkan dunia pemerintah yang sangat otoriter dan fasis di Negara Indonesia ini. Perjuangan dan gerakan yang pernah dibangun oleh senior-senior terdahulu harus mampu melanjutkan perjuangannya, apalagi kita sekarang dimudahkan oleh media untuk membangun interaksi komunikasi.
Untuk menjadi seorang mahasiswa tentu banyak tantangan yang harus kita hadapi, berbagai macam tantangan itu yang paling sering terjadi dikalangan mahasiswa adalah sifat apatis terhadap situasi dan kondisi Masyarakat dan sistem Birokrat. Mahasiswa itu harus mampu dan berani untuk melakukan segala sesuatu yang baru untuk menjadikan dirinya sebagai Aktivis Mahasiswa, mahasiswa itu tidak boleh terdiam melamun seorang diri di kampus dan kost, mahasiswa itu harus mampu memanfaatkan peluang interaksi komunal untuk membangun formulasi kehidupan menuju Era Indonesia Emas.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menjadi mahasiswa itu harus membayar, tapi yang dibayar bukan persoalan nilai IPK-nya tapi yang dibayar adalah lingkungan dan pengalamannya karena hal demikianlah yang akan menopang kerja di masyarakat secara langsung kedepannya. Jangan meyakini bahwa IPK tinggi itu segalanya. Kampus itu berbeda dengan SD, SMP, dan SMA/SMK sederajat, boleh saja pada masa itu nilai yang tinggi selalu mendapat pujian oleh guru, teman dan keluarga. Ingat sudah banyak bukti dan kepercayaan jikalau IPK tinggi tak menjamin segalanya didalam diri kita.
Banyak contoh seperti para penemu, tokoh hingga aktir yang kuliahnya pernah gagal tapi karirnya gemilang. IPK-nya seadanya saja tapi mampu membuat dirinya sukses. Itu disebakan karena membiarkan dirinya berpetualang kesana kemari untuk mencari tahu apa yang tidak diketahui dalam diri seorang manusia. Kampus memebrikan kamu pengalaman yang tak dapat kamu peroleh dimana-mana, diantaranya adalah masuk organisasi. Tak sedikit orang yang mempunyai pengalaman organisasi, kini tinggal lah kenangan manis semata. Kenangan ketika memprotes tindakan aparat, menentang keputusan yang tidak adil, membangkang pada lebijakan yang merugikan semuanya dan aksi menurunkan UKT serta masih banyak lagi, hal tersebut bukan hanya sebagai kenangan akan tetapi hal itu menjadi pengalaman selama menjadi Mahasiswa yang akan diceritakan ke generasi selanjutnya.
Sekarang kita melihat senior-senior terdahulu, mereka telah menuai hasil yang sepadan yang dilakukan saat berproses diorganisasi, meeeka lebih berani mengambil posisi, tak gampang berkhianat pada pendirian (idealisme) dan menghargai kebebasan mengemukakan pandangan dimuka umum. Setidaknya organisasi membimbing keyakinan untuk percaya kalau kebenaran itu bukanlah retorika kosong. Dan kebenaran juga akan memberi kita semangat untuk mencurigai semua kepalauan. Itulah sebabnya organisasi adalah kuliah yang sesungguhnya. Di organisasi kita diajarkan bukan untuk meraih prestasi saja, tapi kita dibimbing untuk memahami bahwa dasar hidup itu adalah solidaritas dan kepedulian. Dasar hidup itu yang akan membawa diri kita pada keyakinan untuk selalu memihak ketika ada lapisan yang didzalimi dan kita juga tidak mudah untuk membenarkan tiap keputusan yang bawa binasa. Hanya organisasi yang menyadarkan kita jikalau hidup itu tak bisa dilakui seperti binatang yang kawin, beranak, cari makan dan mati.
Namun sekarang inilah realitanya, tak mudah berbagi kepercayaan ini pada Mahasiswa Baru, sekarang lebih mementingkan fisik, pakaian, tempat nongkrong dan lainnya. Saya mengingatkan kepada saudara-sauda Mahasiswa baru bahwa kampus itu akan selalu membujuk mahasiswanya untuk kuliah dengan sandaran harapan nilai serta gelar. Dengan bujukan itulah kita dikejar-kejar untuk cepat menjadi sarjana, ketika kuliah bisa sambil kerja dan saat kuliah juga dapat IPK tinggi dan meraih prestasi sehingga mendapatkan predikat Cumlaude. Itu juga sama persis dengan keyakinan yang ditanam pula oleh orang tua kita semua. Sedikit orang tua mengantarkan anaknya kuliah agar dirinya bisa hidup dalam perahu perjuangan. Itu sebabnya kita diajarkan sebagaimana ilmu kesuksesan dalam hidup ini bagaikan petualangan dalam melawan badai kehidupan, itu semuanya ada di organisasi sehingga kita ditekankan untuk rajin berproses.
Hari ini banyak kita temukan seolah-olah kampus memang maunya menghasilkan jutawan, orang terkenal dan punya banyak pendapatan. Sejak itulah kampus hari ini meria dirinya dengan fasilitas yang kadang berlebihan, sehingga lama-lama kita ini tak lagi berada di taman pengetahuan tapi di taman hiburan. Maka untukmu Mahasiswa baru, belajarlah kepada sejarah. Lihatlah dinua dengan lebih luas, belajarlah tak hanya duduk dibangku kuliah. Jangan hanya mengangguk dengan apa yang disampaikan oleh dosen, senior atau biasanya ajakan berorganisasi, kalian harus berani mengambil sikap untuk memilah dan memilih. Mengikuti seluruh organisasi bukanlah pilihan yang bijak. Sebelum memilih organisasi, pastikan dirimu memiliki niat akan membangun harapan keluarga terdekat kita semata tapi menjadi Mahasiswa itu adalah Harapan Masyarakat Indonesia.
*Penulis adalah Muhammad Khadafi, mahasiswa jurusan Pendidikan Teknik Otomotif angkatan 2018