
PROFESI-UNM.COM – Kualitas beras seringkali direcoki hewan pengganggu, seperti kutu beras. Keberadaannya sangat mengganggu bagi ibu rumah tangga ataupun mahasiswa kos. Untuk mencegahnya diperlukan bahan alami efektif agar bisa membasmi hama tersebut.
Tanaman putri malu yang dipandang tanaman liar oleh masyarakat, ternyata punya manfaat jika diformulasikan dengan daun pepaya. Kandungan flavonoid pada dan enzim papain pada daun pepaya bisa menyerang sistem pencernaan hama. “Penelitian ini dilatarbelakangi dengan banyaknya kutu beras yang menjadikan sarang tinggal yang merusak kualitas beras,” jelas Ketua tim peneliti, Faiz Bintang Malibun.
Langkah awal yang dilakukan yaitu mengumpulkan Putri malu, daun pepaya serta beras sebagai bahan percobaan. Kemudian mencuci putri malu dan daun pepaya lalu dikeringkan selama dua hari. Langkah selanjutnya ialah memblender bahan tersebut. Setelah menjadi serbuk, ekstrak daun putri malu dan pepaya dicampur ke dalam beras.
Adapun uji yang dilakukan adalah Analysis of Variance (ANOVA) dan uji lanjut Duncan. Penentuan formulasi yang paling efektif dilakukan dengan 6 variasi yaitu 100% daun pepaya, 100% daun putri malu, 1:2 (10 gram pepaya dan 20 gram putri malu), 1:1 (15 pepaya dan 15 putri malu), 2:1 (20 gram pepaya dan 10 gram putri malu) dan kontrol.
“Kami melakukan pengontrolan tiap enam jam sekali, dan hasil tiap perlakuan berbeda,” ungkap mahasiswa angkatan 2014 ini.
Dari hasil uji coba dengan perlakuan berbeda, pestisida alami yang dianggap efektif membasmi kutu beras adalah kandungan ekstrak putri malu yang lebih banyak dibanding daun pepaya dengan 100 gram beras.
“Berdasarkan keenam variasi tersebut, dapat diketahui formulasi dengan menggunakan perbandingan 1:2 paling efektif dalam membunuh hama kutu beras yakni dengan persentase mortalitas sebesar 43,3,” ungkap mahasiswa Pendidikan Tekhnologi Pertanian ini.
Setelah 74 jam diujikan, pestisida ini dapat dikonsumsi dengan melakukan pembersihan beras terlebih dahulu. Konsumen tidak perlu khawatir mengenai efek samping yang ditimbulkan oleh petisida pembasmi hama kutu beras ini, karena bahan yang digunakan adalah bahan-bahan alami tanpa kandungan berbahaya.
Faiz berharap, masyarakat lebih bisa memilih pestisida yang tidak merugikan konsumen. Dengan keberhasilan Faiz dan timnya, ia pun berencana untuk mensosialisasikan hasil penelitian tersebut ke masyarakat.
“Saya sih maunya disosialisasikan, supaya penelitian ini tidak terkesan hanya menyelesaikan tugas saja,” bebernya. (*)
*Tabloid Profesi UNM Edisi 204