PROFESI-UNM.COM – Bangunan tua dengan cat yang mulai memudar, rumput yang tumbuh hingga selutut, dan pekarangan dipenuhi genangan, menjadi pemandangan sehari-hari bagi mahasiswa Unit Pelaksana Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar (UPP PGSD) Bone, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) selama tiga tahun terakhir.
Di kampus yang terletak Jln Jend Sudirman, Kota Watampone ini terdapat tiga buah gedung. Satu gedung berlantai dua yang dipakai sebagai ruang dosen dan pegawai, sementara dua gedung lainnya digunakan sebagai ruang kuliah, laboratorium, aula, dan terkadang menjadi musala.
Berstatus sebagai kampus Universitas Negeri Makassar (UNM), namun kampus UPP PGSD Bone seolah tak mendapat perhatian dari birokrat kampus orange. Beberapa fasilitas dibiarkan terbengkalai. Pintu tanpa kunci, jendela tanpa kaca, papan tulis bolong, kursi rusak, dan plafon bocor sudah jadi pemandangan lazim di kampus ini.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Minimnya fasilitas memadai di kampus Bone dikeluhkan oleh mahasiswa, salah satunya Dewi. Ia mengaku tak pernah merasa nyaman ketika sedang menjalani aktivitas di kampus yang terletak di pusat kota Watampone ini. “Kami kepanasan kalau kuliah, jangankan sebuah AC, kipas saja hanya jadi pajangan di sini,” keluhnya.
Tak hanya itu, ia juga resah dengan kondisi sekitar kampus yang dianggap sangat mengganggu aktifitasnya selama menjalani perkuliahan. “Kalau kuliah, kami juga kadang terganggu dengan aroma menyengat, lihat saja itu di luar sudah seperti rawa,” katanya sambil menunjuk ke arah luar gedung yang memang sudah tergenang air.
Area kampus Bone memang tak ubahnya seperti bangunan yang berdiri di tengah rawa. Air terus mengenang dan hampir tak pernah surut meski musim kemarau tiba. Banyaknya sampah yang berserakan juga menambah buruknya kondisi kampus tersebut. Seringkali banyak anak kecil yang bermain di rawa itu. Mahasiswa khawatir akan terjangkit penyakit seperti demam berdarah.
Lain halnya dengan Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) PGSD Bone, Ahmad Radinal Darwis. Ia mengeluhkan tak adanya fasilitas yang dapat mendukung kegiatan kemahasiswaan. Ia pun mempertanyakan janji birokrasi untuk memperbaiki fasilitas kampus di kota beradat itu.
“Tidak ada komitmen dari birokrasi untuk memperbaiki fasilitas kampus, bangunan yang dua tingkat direncanakan untuk ruang administrasi dan kelas sudah tiga tahun pembangunannya belum rampung,” pungkasnya.
Menanggapi keluhan mahasiswa UPP PGSD Bone, Pembantu Dekan Bidang Umum dan Kepegawaian (PD II) FIP UNM Muslimin, tak menampik jika pembangunan kampus PGSD Bone memang belum semuanya rampung, termasuk kantor dan ruang microteaching.
Alasannya, dana yang tak cukup. Muslimin berdalih selama ini dana yang digunakan di kampus PGSD Bone berasal dari PMBP atau dana mahasiswa, ditambah lagi UNM menerapkan skala prioritas dalam pembangunannya hingga beberapa fakultas memperoleh dana yang minim, termasuk UPP PGSD Bone.
“Dana adalah salah satu faktor yang menyebabkan pembangunan beberapa gedung di Bone tersendat, ada yang dikasih tapi tidak langsung semuanya, sistemnya bertahap,” ujarnya. (*)
*Reporter: Resa Saputra
Tulisan ini terbit di Tabloid Profesi Edisi 202