
PROFESI-UNM.COM – Menatap tahun politik, lembaga survei kini gencar menilai peruntungan kandidat kepala daerah dalam memenangkan pilkada. Kendati demikian, kinerja lembaga ini masih kurang mendapat kepercayaan oleh publik. Pasalnya, sejumlah kasus survei saat pemilu dan pilkada beberapa tahun lalu menunjukkan data yang berbeda di tiap lembaga.
Dengan kondisi itu, lantas bagaimana cara publik memandang lembaga survei yang baik? Berikut wawancara khusus Reporter Profesi, Noval Kurniawan dengan Direktur Jaringan Suara Indonesia (JSI), Popon Lingga Geni disela-sela acara Pelatihan Pers Mahasiswa Nasional (Pinisi) 2018 yang digelar LPM Profesi UNM pada 3 April lalu.
Melihat banyaknya lembaga survei saat ini, lantas bagaimana seharusnya lembaga ini menempatkan diri di tengah persaingan politik?
Pertama begini, harus bekerja professional lalu lembaga survei ini harus juga mengemban misi bahwa mesti menjadi satu pihak yang turut andil dalam proses demokrasi dengan baiklah tidak lalu bahkan menjadi pihak yang seakan-akan membela satu kepentingan tertentu tanpa melupakan kepentingan orang banyak.
Kemudian, bagaimana tanggapan bapak soal lembaga survei yang memiliki berkepihakan?
Memang, tidak ada lembaga survei yang tidak berpihak. Menurut saya lembaga survei berpihak. Beginilah lembaga survei itu punya keberpihakan karena dia pasti dipesan oleh para kandidat. Bohong kalau ada lembaga survei yang menyatakan dirinya tidak dipesan oleh satu kepentingan politik tertentu. Pasti akan dipesan satu kepentingan tertentu. Hanya harus professional dalam melakukan pekerjaannya harus mencari data dengan objektif begitu, harus valid sehingga publik tidak dibohongi.
Apakah ada kaitan langsung antara survei dengan peristiwa-peristiwa politik, dapatkan kita mengatakan bahwa Anas Urbaningrum berhenti jadi Ketua Umum Partai Demokrat karena survei, bagaimana kaitan survei dengan dunia politik?
Menurut saya tidak ada yah, dalam kasus Anas tidak begitu. Anas karena tersangkut kasus korupsi dia berhenti jadi Ketua Umum tapi lalu setelah itu survei-survei partai Demokrat anjloklah kira-kira pasca Anas. Karena memang Demokrat waktu itu disebut sebagai partai yang koruplah kira-kira begitu.
Terus seberapa penting survei dalam politik?
Penting karena hanya satu-satunya medium yang mampu merekam persepsi publik lalu apa yang terjadi di masyarakat atau dalam satu wilayah tertentu tentu yah dengan survei karena kita tidak punya medium yang lainnya. Teknologi di Indonesia katakanlah begini kalau di Amerika itu juga pakai survei walaupun menggunakan telepon tetap misalnnya tapi di Indonesia menggunakan telepon tetap cuma beberapa persen jadi memang harus dilakukan wawancara tatap muka dan satu-satunya cara. Menurut saya belum ada mekanisme lain untuk menyerap aspirasi publik atau persepsi dalam publik selain survei di Indonesia.
Kemudian bagaimaan cara mengetahui lembaga survei yang dapat dipercaya?
Eh, periksa rekam jejaknya. Jadi lembaga survei itu misalnya dikler hasil survei segini atau segala macam tinggal diperiksa aja rekam jejaknya karena rekam jejak digital nggak hilang begitu, pasti ada, jadi tinggal diperiksa apakah lebih banyak salah atau lebih banyak benar. Nah kalau lebih banyak dia benar. Percayai.
Disamping itu, apakah patut mempercayai survei yang beredar?
Ketika ada sebuah survei, saya tidak bisa mengatakan bahwa saya percaya atau tidak percaya survei itu, saya tidak boleh bilang bahwa survei itu salah atau benar, saya hanya bisa membandingkan dengan survei yang saya punya, apakah betul atau itu salah. Jadi, itu tadi publik harus bisa melihat rekam jejak lembaga surveinya untuk bisa menyatakan saya percaya atau tidak percaya. Banyak lembaga survei yang merilis berita si anu menang atau segala macam tapi kan kita lihat saja misalkan lembaga survei a merilis bahwa ini menang dan angkanya sekian, dicek aja dulu pernah rilis siapa saja yang menang, ternyata kalah semua artinya kan surveinya salah, kalau salah semua, yah sudah jangan percaya dipercaya.
Apa pesan-pesan untuk mahasiswa dalam menghadapi tahun politik ini?
Mahasiswa harus bisa menjadi agen pembawa perubahan, mencermati situasi politik dengan sebenar-benarnya, mencermati situasi bangsa ini sebaik-baiknya lalu bersikap sebaik-baiknya sehingga bisa merubah situasi bangsa yang saat ini menurut saya sedang dalam kondisi paling parah dalam sejak era reformasi. (*)
[divider][/divider]
*Tulisan ini telah terbit di Tabloid Profesi edisi 224