PROFESIUNM.COM – Sumber Daya Manusia, menjadi faktor paling terpenting dalam suatu organisasi, apalagi jikalau kita sedang berbicara tentang SDM yang menaungi sebuah intitusi pendidikan seperti Universitas Negeri Makassar (UNM). Sebagaimana SDM adalah sebagai motor penggerak, maka komposisinya harus ideal dan proporsional dengan beban pekerjaan yang ada. Tak hanya itu, SDM yang baik juga dilihat dari kualitas yang mereka miliki sesuai dengan kualifikasi yang telah ditentukan. Idealnya SDM juga akan berbanding lurus dengan target-target kerja yang diharapkan.
Namun hari ini, melihat kondisi yang terjadi pada kampus V UNM Parepare, persoalan tenaga pengajar masih saja menjadi Pekerjaan Rumah (PR) yang tak berkesudahan. Bahkan setelah genap memiliki tiga angkatan, kedelapan Program studi (Prodi) baru belum memiliki tenaga pengajar tetap. Menyiasati kekurangan tersebut, pihak birokrat pun menyiapkan tenaga pengajar dari Makassar.
Alih-alih berjalan optimal, langkah ini justru berbuntut masalah baru yang berakibat pada terganggunya proses perkuliahan. Dosen pengampuh mata kuliah pun kerap me-rapel pertemuan dengan mahasiswa. Jelas hal ini terlihat sangat tidak adil bagi mahasiswa-mahasiswa di kota kelahiran Presiden ke-tiga Indonesia ini.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu mahasiswa Kampus V, Fadli mengaku dirugikan dengan sistem ini. Kepada Wartawan Profesi, ia bercerita bahwa dosen yang mengajar disana menghitung satu kali pertemuan sama dengan dua kali pertemuan.
“Per satu kali pertemuan sama dengan dua kali,” ungkap Fadli, salah satu mahasiswa Prodi Pendidikan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNM.
Ia juga mengeluhkan minimnya ruang kelas sehingga terkadang mengakibatkan mereka harus belajar di ruang Aula. Belajar di Aula juga membuat mahasiswa kurang nyaman apalagi ruangan itu dibagi menjadi tiga bagian lagi.
“Minim sekali kelas, sekarang sudah 3 angkatan per jurusan dan per jurusan itu
mempunyai 1 ji kelas masing-masing. Jadi kalau sudah bertabrakan semua langsung masuk aula yang dibagi menjadi 3 bagian,” keluhnya. (*)
*Reporter: Rara Astuti