PROFESI-UNM.COM – Kelompok Tani dan Bank Sampah Coko Nuri mengembangkan program inovatif yang menarik perhatian nasional. Tiga menteri, termasuk Menteri Pertanian, datang dalam kunjungan khusus bersama Komando Nasional Resimen Mahasiswa (Menwa) Indonesia. Direktur Ruang Sampah Coko Nuri sekaligus Ketua Kelompok Tani Coko Nuri, Yan Troi, menyambut kunjungan tersebut dengan hangat.
“Saya sangat bangga. Ini pertama kalinya dalam puluhan tahun saya menerima tamu sekelas menteri. Biasanya hanya dari kota atau kabupaten, tapi kali ini, tiga menteri hadir,” ujar Yan Troi penuh rasa syukur.
Dalam kunjungan itu, para menteri dan jajaran Menwa melihat langsung inovasi unik yang menggabungkan sistem pertanian dengan program bank sampah. Di bawah kepemimpinan Yan Troi, program ini memungkinkan masyarakat menukarkan sampah plastik dengan hasil panen seperti sayur-mayur.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Konsep barter ini tidak hanya mengedukasi masyarakat soal pengelolaan sampah, tapi juga membangun ekonomi sirkular berbasis komunitas,” jelasnya.
Coko Nuri kini menjadi model percontohan nasional. Inovasi ini bahkan sudah diliput oleh media nasional seperti NET TV dan UNAS TV. Banyak pihak yang telah berkunjung, termasuk akademisi dari India, pemerintah daerah Polmas, hingga ratusan camat dan lurah yang ingin belajar langsung dari lapangan.
Kerja sama dengan Menwa juga menjadi bagian penting dari keberhasilan program ini. Menurut Yan, kehadiran mahasiswa dari berbagai latar belakang jurusan memberikan kontribusi besar, khususnya dalam bidang pemasaran, pertanian, hingga pengelolaan organisasi.
“Saya bukan akademisi, hanya lulusan SMA. Karena itu saya menggandeng mahasiswa Menwa. Saya belajar dari mereka, mereka belajar dari saya,” ungkapnya.
Menariknya, Coko Nuri mengelola lahan pertanian bukan di atas tanah milik pribadi atau pemerintah, melainkan di lahan milik warga yang belum dibangun. Mereka memanfaatkan lahan tersebut dengan izin pemilik agar tidak menjadi tempat pembuangan sampah liar.
“Sudah delapan tahun kami gunakan lahan-lahan kosong milik warga. Kami kelola bersama melalui SK Kelurahan,” terangnya.
Saat wartawan menanyakan pesan dari Komandan Menwa Indonesia, Yan menekankan pentingnya kolaborasi dan kesinambungan program. Ia menyampaikan harapan agar generasi muda terus melanjutkan program-program yang telah berjalan.
“Saya harap anak-anak Menwa hari ini, lima sampai sepuluh tahun ke depan, bisa menjadi pejabat, dosen, bahkan kepala sekolah yang tetap peduli lingkungan,” ucapnya penuh harap.
Selain sebagai tokoh penggerak lokal, Yan Troi juga dikenal sebagai sosok yang kuat dalam memegang prinsip-prinsip keberlanjutan program. Ia membagikan rumus kesuksesannya: ilmu, jaringan, lalu ekonomi.
“Kalau mulai dari uang, program tidak akan panjang umurnya. Tapi kalau mulai dari ilmu dan jaringan, baru bicara soal ekonomi, maka bisa tahan bertahun-tahun,” tegasnya.
Kunjungan ini menunjukkan bahwa komunitas lokal yang mengelola upaya secara inovatif dan berkelanjutan mampu menarik perhatian hingga tingkat nasional bahkan internasional. Coko Nuri, dengan semangat kolaborasi dan kemandiriannya, kini menjelma menjadi laboratorium hidup bagi siapa saja yang ingin belajar membangun masyarakat berbasis lingkungan.(*)
*Reporter: Angnis Arimayanti