
PROFESI-UNM.COM — Di era banjir informasi seperti sekarang, menyampaikan fakta saja tak cukup. Sebuah tulisan yang baik harus mampu memadukan keakuratan informasi dengan gaya penyampaian yang memikat. Itulah yang mulai menjadi fokus para penulis dan jurnalis muda dalam mengasah keterampilan mereka.
Dalam sebuah pelatihan kepenulisan, para peserta harus memahami pentingnya membungkus fakta dalam narasi yang menarik. Pelatihan tersebut menekankan bahwa paragraf pembuka atau lead memiliki peran krusial. Darinya, pembaca memutuskan apakah akan terus membaca atau berhenti. Sebuah lead yang kuat harus mampu menyampaikan inti peristiwa, namun tetap menggugah rasa penasaran.
Alih-alih menyebut secara datar bahwa “kebakaran terjadi di Pasar Sentral Makassar”, peserta didorong untuk menciptakan pembuka yang lebih hidup, misalnya, “Asap hitam mengepul dari Pasar Sentral Makassar, Selasa pagi. Warga berlarian, mencoba menyelamatkan sisa dagangan mereka dari jilatan api.” Tanpa mengubah fakta, gaya ini menghadirkan nuansa yang membuat pembaca merasa hadir di tempat kejadian.
Namun tentu saja, fakta tetap menjadi pondasi utama. Penggunaan bahasa hanya berfungsi sebagai jembatan agar informasi lebih menyentuh.
Tips Meliput Berita Aksi Demonstrasi dalam Jurnalistik
Penggunaan kalimat aktif dan kata-kata yang familiar membuat informasi terasa lebih alami. Selain itu, penting pula untuk menjaga keseimbangan antara data dan cerita. Saat menyebutkan jumlah rumah yang terendam banjir, misalnya, penyampaian seperti “1.200 rumah terdampak” bisa diperkuat dengan tambahan naratif seperti, “Salah satunya milik Ibu Yuni, yang hanya sempat menyelamatkan pakaian dan dokumen penting sebelum air setinggi dada masuk ke rumahnya.”
Kutipan dari narasumber juga menjadi elemen penting dalam menulis berita yang hidup. Ia memberi perasaan manusiawi yang tidak bisa melalui data semata. Sebuah kalimat seperti, “Saya tidak tahu harus mulai dari mana lagi,” kata Bapak Dullah sambil menatap kiosnya yang hangus, lebih dari sekadar informasi ia mengundang empati pembaca.
Penyampaian data tersampaikan dengan cara yang ringan dan kontekstual akan memperkuat isi berita. Misalnya, menyebut bahwa “jumlah korban mencapai 500 orang” akan lebih bermakna jika perbandingan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, seperti “setara dengan hampir dua kali kapasitas gedung serbaguna di kota ini.”
Melalui pendekatan seperti ini, penulisan berita bukan hanya soal melaporkan apa yang terjadi, tetapi juga tentang bagaimana membuat orang peduli terhadap apa yang terjadi.
Gaya penulisan yang menarik bukan untuk memperindah fakta, tapi untuk menyampaikan kebenaran dengan cara yang mengena. Dalam dunia jurnalistik yang terus berkembang, kemampuan memadukan fakta dan gaya ini menjadi salah satu kunci agar berita tetap relevan, dipercaya, dan dinikmati. (*)
*Reporter: M. Zaky Asryan. A