
PROFESI-UNM.COM – Sebagai asesor untuk Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), Parwoto sudah banyak mengunjungi Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke, tugasnya memberi penilaian akreditasi bagi program studi (Prodi) tak pernah dihenti dilakukan.
Sudah delapan tahun, tanggung jawab itu diembannya. Selama itu pula, pelbagai perguruan tinggi baikyang jaraknya jauh maupun dekat sudah menjadi sasaran penilaiannya. Tak ayal, jika beragam pengalaman juga didapatnya saat kunjungan.
Memberi penilaian memang bukanlah perkara mudah. Berawal dari visitasi, ia bersama timnya harus mengamati kondisi kampus sesuai borang yang dimiliki prodi tersebut. Didalam kunjungan itu, sering kali borang tak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Namun, ia memegang teguh standar penilaian dari BANPT.Sehingga, hal kecil apapun turut menjadi penilaian dan dilaporkan nantinya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Iya, itu untuk menguatkan saja, kan dia bilang data borangnya begini. Kalau saya tidak foto, kalau dia mengadu, kan saya punya datanya, untuk klarifikasi,” jelas Pembantu Dekan Bidang Kerjasama (PD IV) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) itu.
Acap kali, beberapa prodi tak memerhatikan standar penilaian tersebut. Utamanya, untuk visi dan misi. “Banyak tidak paham standar satu, padahal itu rohnya dari pengelolaan peruguran tinggi,” katanya.
Bukan hanya itu saja, bahkan ada juga kampus yang tidak layak disebut perguruan tinggi. Ia mengungkapkan, jika penilaian perguruan tinggi tersebut sudah jauh dibawah standarisi yang ditetapkan BAN-PT.
“Itu juga banyak kampus ongolongol, itu dosennya, Sumber Daya Manusia (SDM) nya nggak jelas, penelitiannya nggak jelas, produktifitasnya nggak jelas, sehingga kita berikan klarifikasi mereka kaget,” tuturnya.
Meski memiliki komitmen soal penilaian, namun dirinya tetap memberikan apresiasi kepada perguruan tinggi yang telah dikunjunginya. Pasalnya, kampus itu memiliki kontribusi besar bagi orang-orang di daerah tersebut.
“Tapi ada juga prodi yang semangatnya tinggi, di Maluku Timur itu, perguran tingginya baru berdiri tapi semangatnya tinggi, karena disitu memback up semua mahasiswa di daerah itu, jadi kita beri akreditasi minimal,” katanya.
Menjadi asesor, menurutnya, bisa mengubah arah perguruan tinggi lain. Berbekal peng a l ama n kunjungann y a itu, ia dapat membantu kampus menjadi lebih baik lagi. Bukan hanya itu, pekerjaan ini juga bisa menjadi pembelajaran bagi dirinya.
“Kami selalu belajar dari perguruan tinggi lain, kami datang ke peruguan tinggi yang bagus, dengan sistem yang bagus, kami juga mendapat oleh-oleh, kami juga sebarkan ke perguruan tinggi lain,” ujar Dosen Pendidikan Guru (PG) Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) FIP ini. (*)
*Tulisan ini terbit di Tabloid Profesi Edisi 219