[Opini] Selain Perubahan Iklim Ada Lima Perubahan di Bumi yang Nyaris Melampaui Batas Aman Kehidupan

Avatar photo

- Redaksi

Kamis, 26 Oktober 2023 - 12:57 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sri Wahyuni jurusan Kewirausahaan angkatan 2021, (foto: ist.)
Sri Wahyuni jurusan Kewirausahaan angkatan 2021, (foto: ist.)

PROFESI-UNM.COM – Ada kesalahpahaman umum bahwa Bumi selalu dapat memenuhi kebutuhan manusia. Banyak orang berpikir bahwa alam semesta terus-menerus “memberi” karena siklus bumi bersifat elastis. Namun, saat ini anggapan itu tengah diuji. Sebenarnya kemajuan peradaban manusia mempunyai pengaruh yang lebih signifikan.

Tidak mudah menilai keadaan bumi. Riset ini membutuhkan para ahli yang berpengalaman di bidang ilmu alam maupun sosial. Para ahli juga mengevaluasi berbagai elemen termasuk kemungkinan terjadinya titik kritis, memburuknya kinerja sistem bumi, variabilitas historis (perubahan seiring waktu), dan dampaknya terhadap manusia.

Yang mengkhawatirkan, ditemukan umat manusia telah menyebabkan terlampauinya batas aman dan adil bagi empat dari lima sistem Bumi. Secara global, hanya polusi udara yang dianggap belum parah. Umat manusia membutuhkan tindakan mendesak, berdasarkan ilmu pengetahuan terbaik, untuk mengatasinya.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dari skala lokal ke global ditetapkan batasan yang aman dan adil yang dapat digunakan untuk mengukur dan mengelola seluruh sistem bumi. Pada kenyataannya, luas wilayah tersebut hanya 1 km² jika dilihat dari segi keanekaragaman hayati. Besaran ini penting karena beberapa proses alam hanya terjadi pada tingkat lokal.

Baca Juga Berita :  Semua Demi Pendidikan

Berikut ambang batas tersebut :

  1. Batasan iklim – pemanasan tak melebihi 1℃

Pemanasan sebesar 1,2°C yang kita lihat saat ini mmebuat banyak orang terimbas bencana terkait iklim. Contohnya adalah gelombang panas yang terjadi baru-baru ini di Cina, kebakaran di Kanada, banjir besar di Pakistan, kekeringan di Amerika Serikat (AS) dan kawasan Horn of Africa (wilayah semenanjung di Afrika Timur).

Dalam peningkatan suhu 1.5℃, ratusan juta orang dapat terdampak temperatur tahunan yang melebihi 29℃. Angka ini melampaui batasan aman bagi manusia sehingga bisa mematikan. Itulah mengapa upaya memangkas emisi karbon jadi sangat mendesak.

  1. Ambang batas biosfer : perluas ekosistem alami hingga 50-60% dari luas Bumi

Untuk melindungi jasa ekosistem, kita membutuhkan ekosistem alami yang terjaga sebesar 50-60% dari luas bumi. Riset terbaru menempatkan besaran ekosistem alami sebesar 45-50% yang mencakup daratan berpenduduk jarang seperti sebagian Australia dan hutan hujan Amazon. Kedua area tersebut bahkan tengah tertekan karena aktivitas manusia dan perubahan iklim.

  1. Batasan air : menjaga air tanah dan melindungi air sungai

Debit air yang terlalu banyak bisa bermasalah seperti banjir di Australia dan Pakistan. Namun, pasokan air yang amat sedikit juga menjadi petaka, seperti kekeringan ekstrem yang mengganggu produksi pangan.

  1. Batasan pupuk dan unsur hara : kurangi separuh limpasan air mengandung pupuk
Baca Juga Berita :  [Opini] Menuju Era People New Normal

Di seluruh dunia, penggunaan nitrogen dan fosfor sudah melampaui batas aman dan adil hingga dua kali lipat. Ironisnya, masih banyak daerah pertanian di negara miskin tak memiliki stok pupuk yang cukup. Inilah yang namanya ketidakadilan.

  1. Batas aman polusi aerosol: Pangkas polusi udara dan kurangi perbedaan antarnegara

Saat ini, konsentrasi aerosol belum mencapai level yang bisa mengubah cuaca. Namun, polusi partikel debu (dikenal sebagai PM 2,5) di udara di banyak negara tetap berbahaya karena mengakibatkan kematian 4,2 juta jiwa dalam setahun. Kita harus memangkas polutan ini ke level yang aman – sekitar 15 mikrogram per meter kubik udara.

Kita harus segera bertindak menuju masa depan yang aman dan adil Supaya peradaban manusia tak lagi mengganggu keseimbangan Bumi, kita harus mengatasi berbagai cara yang menyebabkan kerusakan planet ini. Kita harus mulai menetapkan dan mencapai target yang berbasiskan sains. (*)

*Penulis adalah Sri Wahyuni jurusan Kewirausahaan angkatan 2021

Berita Terkait

[Opini] Intoleransi Sebagai Kabut yang Menyembunyikan Akar Masalah Bangsa
[Opini] Ada yang Berantakan tapi Bukan Kamarku, Melainkan Kampusku
[Opini] Menyoal Efisiensi APBN: Ketika Keuangan Negara Tak Lagi Pro-Rakyat
[Opini] Balada Kampus Komersial
[Opini] Mengurai Kekacauan Batin: Mencari Jeda di Tengah Rutinitas Akademik
[Opini] Sebuah Catatan Kritis Untuk Refleksi Fakultas Tanpa Kelas Dan Tanpa Suara
[Opini] Pendidikan yang Membungkam : Saat Instansi Pendidikan Membentuk Komoditas Tanpa Imajinasi
[Opini] Arah Sekolah dan Pendidikan
Berita ini 1 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 22 Juni 2025 - 20:11 WITA

[Opini] Intoleransi Sebagai Kabut yang Menyembunyikan Akar Masalah Bangsa

Minggu, 22 Juni 2025 - 13:58 WITA

[Opini] Ada yang Berantakan tapi Bukan Kamarku, Melainkan Kampusku

Jumat, 13 Juni 2025 - 17:38 WITA

[Opini] Menyoal Efisiensi APBN: Ketika Keuangan Negara Tak Lagi Pro-Rakyat

Kamis, 12 Juni 2025 - 22:25 WITA

[Opini] Balada Kampus Komersial

Sabtu, 7 Juni 2025 - 14:46 WITA

[Opini] Mengurai Kekacauan Batin: Mencari Jeda di Tengah Rutinitas Akademik

Berita Terbaru

Ilustrasi mahasiswa melakukan persiapan sebelum magang, (Foto: Int.)

Berita Wiki

Hal yang Wajib Mahasiswa Ketahui Sebelum Daftar Magang

Senin, 23 Jun 2025 - 00:54 WITA

Potret Fulki Shafa Kamilah Rahmat, (Foto: Ist.)

Agendasiana

Bukan Sekadar Juara, Tapi juga Inspirasi Perjalanan Mapres UNM 2025

Senin, 23 Jun 2025 - 00:16 WITA

Potret Olahan Mie yang Menyehatkan, (Foto: Int.)

Berita Wiki

Kreasi Mie Instan Jadi Makanan Bergizi

Minggu, 22 Jun 2025 - 13:49 WITA